“Konsistensi menggenggam hak-hak digital , menguatkan inilah.com menjadi media problem-solving, atas jeratan Hoax”
Aktivitas berbagi informasi di jagad maya, bak sihir yang membuat kita sering terlena? Duh, jika merenunginya, kita bisa lekas sadar, jika kita semua pasti mudah membagikan informasi yang paling benar, namun kebenaran itu hanya dari kaca mata kita saja, bukan?
Memang Demokrasi bisa saja dijadikan alasan –siapa saja– untuk mampu menunjukkan informasi penting apa saja jua.
Terlebih kini juga hadir kemudahan membuat website/media siber, yang mudah memperoduksi konten-konten informasi, berupa text, gambar dan visual guna menterjemahkan narasi dan opini, yang dipantik oleh dinamika kehidupan harian.
Lihatlah, riuh Pilpres 2014 lalu sudah berhasil memberikan degradasi kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan media-sosial yang sejatinya diciptakan untuk mempersatukan pertemanan, dan memanen ragam hiburan.
Penyebabnya sederhana, yang hanya dipantik atas kemunculan ragam berita palsu atau Hoaxs yang diproduksi banyak media siber, lantas mudah dibagikan kembali oleh para Netizen. Merasakah kita akan hal itu?
Nah mengingat kembali berita hoax tentang keberadaan babi ngepet –misalnya– yang viral di Medsos tahun 2021. Ternyata berhasil membuat aktivitas berbagi berita di dunia maya kian makin massif saja bukan?
Padahal, faktanya, babi ngepet tadi hanyalah sebuah rekayasa AI, yang disebut sebagai salah satu tokoh masyarakat di Sawangan,Depok.
Berita Hoax yang tak kalah dahsyat adalah tersebarnya berita dan photo-photo penganiyaan aktivis Ratna Sarumpaet di 2018 lalu. Meski pada akhirnya kepolisian berhasil mengungkap motif sebenarnya, yang tak lain banyak bermuatan politis.
Lanjut baca, klik nomor halaman ya!