“Dunia usaha akan mengupayakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yakni pertumbuhan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang layak, mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat ketimpangan ekonomi sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan” Ketua Kadin Indonesia, Rosan P Roeslani
Jika kita telaah, pernyataan Ketua Kadin Indonesia dalam acara penutupan Rapimnas Kadin 2019 di Bali Jumat (29/11/2019) di atas cukuplah beralasan.
Lihat saja fenomena perlambanan ekonomi dunia, dan perang dagang China-USA yang sedang berlangsung dan tentu berimbas pada defisit neraca perdagangan Indonesia.
Dan tentu lama kelamaan akan berimbas pula pada pondasi pembangunan ekonomi nasional dan bisa melebar pada sektor politik dan keamanan. Dan yang paling nyata itu adalah ancaman terbatasnya lapangan kerja dan melonjaknya angka kemiskinan.
Satu kata kunci yang bisa menjawab tantangan tadi yakni, adalah semangat untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan produktif yang tahan-banting dalam segala kondisi ekonomi, untuk selalau bisa bersemangat menggerakkan roda ekonomi lebih kencang lagi.
Dan muaranya bisa mewujudkan penciptaan ekonomi yang berkeadilan itu yang merupakan satu dari 18 rekomendasi Rampinas Kadin 2019 kepada Pemerintah.
Intepretasi SDM unggul dan produktif itu adalah?
Bercerita sedikit, boleh percaya, boleh tidak! Jika kita mau berkaca pada masa lalu, di masa kuliah atau sekolah dahulu. Kita pasti memiliki banyak teman yang pintar-pintar, yang nota-benenya ber-IP tinggi.
Dan lumrah –tak jarang- mereka kita dapati bekerja enak sebagai pekerja terampil/ahli di perusahaan besar, ya berkat kecerdasannya itu.
Lalu kita juga –pasti- memiliki teman-teman kuliah yang jua ber-IP pas-pasan. Jangan kaget! Menjumpai mereka, malah ada jua yang bekerja sebagai Direktur Perusahaan.
Mereka dianggap kreatif, dan punya gaya kepemimpinan yang tinggi. Sehingga karakter itu menjadi katalisator untuk mendapatkan promosi jabatan tertinggi di Perusahaannya.
Namun kita jua tidak heran, bila menemukan, banyak atasan para Direktur tadi adalah mereka yang dahulu tidak sekolah, ber-IP rendah, tidak lulus kuliah, atau malah dikeluarkan dari sekolahnya. Bill Gates, salah satunya.
Nah kita bisa mengatakan, mereka yang dahulu di bangku sekolah berada pada level terbawah bisa saja survive menjalani kehidupan dan –malah- bisa menjadi pemuncak piramida ekonomi.
Poinnya, kita selalu saja mengkaitkan SDM Unggul dan Produktif selalu saja dengan bangku pendidikan kan?
Namun dengan analogi dan fakta tadi, bisa saja kita katakan mereka yang pintar, ber-IP tinggi dan sebaliknya yang ber-IP rendah –bahkan- atau tidak sekolah sekalipun, bisa saja kita anggap adalah orang yang punya SDM unggul dan produktif kan?
Ya bisa saja paramaternya tadi, keahlian, karya dan jabatan yang mereka raih saat ini.
Nah, menurut saya, sampai di titik ini, sangat gampang sekali kan, mendefinisikan bagaimana sih sosok orang dengan value unggul dan produktif itu? Yang selama ini bangsa ini terus perjuangkan dan ciptakan?
Apakah kita termasuk di antara mereka? Jika merasa iya, bersyukurlah!
Pertanyaannya kemudian, apakah SDM unggul dan produktif tadi bisa sudah turut andil menjadi pelumas dalam menggerakkan roda ekonomi bangsa lebih cepat lagi?
Nah menjawab dalam konteks tadi, menurut saya ada 3 fenomena saat ini yang bisa dijadikan rujukan untuk menuntun kita menemukan jawabannya.
Pertama, pendidikan masih menjadi kunci!
Kita pasti setuju kan, jika dikatakan pendidikan adalah pintu masuk dalam mencipta SDM unggul dan produktif tadi? Coba lihat saja, Parameternya bisa dengan hasil perbaikan kualitas pendidikan di suatu negara.
Di Indonesia sendiri bisa dilihat dari Survei Programme for International Student Assesment (PISA). Dimana tahun 2018 Indonesia memiliki skor 371.
Sudah tahu PISA? Skor PISA yakni skor tiga tahunan dalam memonitoring literasi membaca, Sains dan matematika bagi siswa berusia 15 tahun di suatu negara oleh lembaga bernama OECD.
Nah dari konteks itu, Bank Dunia pernah memiliki analisis penting, dimana sebenaranya Indonesia mampu meningkatkan skor PISA sebanyak 25 poin dalam 12 tahun ke depan.
Kompensasi dari kenaikan PISA tadi diprediksi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kita, sebesar 0.08 persen di tahun 2027.
Dan di tahun 2040 malah pertumbuhan ekonomi kita malah akan bisa naik 0.23 %. Ternyata, ada keterkaitan kan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi ya?
Kita juga bisa melihat tren dan fenomena dimana negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik dengan parameter PDB per-kapita yang tinggi juga akan memiliki standar PISA yang tinggi pula.
Bisalah kita tengok Singapura, yang memiliki PDB 100.3 ribu US$ dengan skor PISA 549 poin. Berbanding luruskan?
Dan juga negera maju lainnya. Nah itu bisa menjadi analogi yang logis yang bisa menjadi bahan pencapaian SDM unggul yang kita maksud tadi.
Analisis itu bisa menjadi misteri dan tantangan. Apa benar, jika pertumbuhan ekonomi kita melambat dan cenderung stagnant saat ini diartikan mutu pendidikannya biasa-biasa saja?
Dan mengartikannya, jika kita belum banyak -sulit- untuk menemukan SDM ungul dan produktif itu ya?
Jikapendidikan adalah kunci dari negara maju tadi dalam mencetak SDM unggul dan produktif, marilah kita lekas berbenah di sektor pendidikan ini kan? Padahal dana pendidikan dari APBN kita luar biasa lho!
Kedua, Mampu berdaptasi di Era Revolusi Industri 4.0
Di masa sekarang dan masa depan nanti, revolusi industri 4.0 menghantarkan kita pada Disrupsi robot dan kecerdasan buatan atau (AL) dalam melakukan tugasnya membuat efisensi pekerjaan.
Itu artinya, pekerjaan tidak akan banyak menggunakan sumberdaya fisik! Cukup tekan enter, jalaaan!
Ada analisis, jika negara di kawasan Asia Tenggara, khususnya negera berkembang sudah memuali menerapkan dua pertiga beban pekerjaannya dengan sistem otomatisasi tadi.
Akibatnya ada 6 juta pekerjaan yang bakal hilang. Meski katanya, tehnologi masa depan juga akan menghasilkan 24 jenis pekerjaan baru.
Skill yang nyata yang terdampak dari sistem otomatisasi era 4.0 adalah pekerjaan fisik seperti buruh pabrik. Sebanyak 78% akan tergantikan oleh mesin.
Dan skill yang berkaitan dengan cara berpikir manusia seperti manajemen SDM dan pengambilan keputusan terus akan survive di masa depan.
Nah fakta ini akan menjadi warning, bagi kita untuk cepat-cepat bisa beradaptasi dengan kemajuan tehnolgy saat ini dan juga di masa depan! Dalam menyelaraskan SDM atau keahlian yang kita miliki dengan kemajuan tehnology. Dan ini menjadi sangat penting.
Dan kita harus segera paham, jika skill manusia yang hanya mengandalkan fisik semata untuk bekerja pasti mudah sekali tergusur oleh sistem otomatisasi itu di masa kini terlebih mendatang.
Ketiga, keterampilan sebagai super-shaft di masa depan!
Saya pernah menuliskan tulisan yang berjudul “Cripsy Mandai Yang Menantang MEA” -silahkan dibaca-
Terlepas dari kontes subjek dan objek dalam tulisan itu, saripati tulisan tadi ingin sekali menghantarkan semangat, jika semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menambah value untuk bisa berkompetisi dengan siapa saja.
Singkatnya dalam tulisan itu, sedikit ingin menggambarkan sosok yang ‘tahan-banting’ dalam menghadapi tantangan hidup.
Proses cerita dari sosok yang terkena PHK di tempat kerjanya, lanjut berwiraswasta dengan modal yang apa adanya, tidak menyerah dan mampu melejitkan dirinya dengan ide kreatif dan menyelaraskan usahanya dengan kemajuan jaman. Yakni tehnology digital.
Lalu, terciptalah mata rantai ekonomi baru, yakni lapangan kerja dari UMKM berbasis online. Bisa dibayangkan jika Indonesia memiliki warga dengan value berupa SDM unggul dan produktif.
Dimana bisa total mencurahkan daya kreatifitasnya, tentu bisa mengalirkan energi positif yang ujungnya menggerakkkan roda ekonomi bangsa lebih kencang lagi kan?
Nah Hal yang paling mudah, yang bisa kita jumpai dari fenomena tadi yakni menjamurnya UMKM berbasis online, terutama kuliner dan jasa pengantaran barang.
Yuk berkolaborasi mewujudkannya!
Bagaimana memulai untuk mencipta SDM unggul dan produktif tadi ya? Dan selanjutnya, SDM Unggul tadi bisa terus menularkan semangat kepada lainnya untuk terus mampu mengolah semua sumber daya yang ada di sekitar kita.
Lalu bisa beradaptasi pada kemajuan jaman, serta tampil survive dengan kreatifitasnya tadi? Sulit?
Ini bisa menjadi tantangan berat di masa depan Indonesia, utamanya mengkorealisikan value SDM Unggul tadi beserta outputnya. Yakni adanya pertumbuhan ekonomi Indonesia?
Dan kita pastilah percaya dengan teori sebelumnya, jika keduannya pastilah bersautan, yakni pendidikan dan pertumbuhan ekonomi tadi.
Nah tiga fenomena yang tak jarang kita temui di atas bisa saja menjadi satu mata rantai dalam proses penciptaan SDM yang dimaksud uggul dan produktif itu.
Dalam hal ini, pendidikan yang baik yang diselenggarakan oleh negara –dengan fasilitasnya- diharapkan bisa menancapkan pondasi keceradasan mental, yakni sikap baik dan skill analitik. baik literasi dan numerasi.
Jalur pendidikan akan mengajarkan pada ilmu pengetahuan sebagai pencipta lompatan baru berupa revolusi industri di masa depan. Dibarengi adanya konsep pendidikan yang memberikan keterampilan nyata yang bisa menjadi hal penting.
Sekolah berbasis vokasi atau kejuruan bisa menjadi alternatifnya! Namun hal tersebut harus diimbangi dengan kesempatan untuk merasakan dunia kerja yang sebenarnya.
Nah di sinilah peran Kadin, dengan segala sumber daya yang dimilikinya, untuk bisa memberikan kesempatan magang di dunia usaha bagi dunia pendidikan.
Sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkan di sekolah bisa cepat dieksekusi dalam dunia usaha kelak atau ketika bekerja di dunia kerja.
BACA JUGA : PANTASKAH ANAK MAGANG MENGHARAP UPAH?
Nah dari pengalaman keduanya itu, tentu saja, kita semua bisa saja memiliki keberanian untuk memulai suatu hal yang seharusnya kita mampu.
Bagi yang berlatar belakang pendidikan mesin, misalnya. Bisa saja memberikan kontribusi dalam penciptaan lapangan kerja dengan membuka bengkel kendaraan yang dihasilkan dari pengalaman magangnya tadi.
Dan dunia usaha dalam hal ini Kadin, dengan program organisasinya mampu berkolaborasi menjadikan mereka mitra untuk berkembang, dengan kegiatan pendampingan terus-menerus.
Dengan menata rantai-rantai kecil ini tentu saja bisa mencipta ekonomi yang berkeadilan itu kan? Dan memberikan kesempatan berusaha kepada siapa saja.
Nah dengan semangat kita merasa mampu, yang dibekali SDM yang unggul dan produktif tadi, kini kita tidak perlu lagi menunggu terbukanya lapangan pekerjaan yang masih sulit disediakan dan diharapkan Pemerintah dewasa ini dan –mungkin-nanti atau kapan saja.
Poinnya, Negara dan sektor swasta dalam hal ini Kadin bisa segera berkolaborasi, memfasilitasi proses pendidikan keterampilan yang berujung pada kesiapan beradaptasi dengan tehnology masa kini dan masa depan selaras dengan lompatan jaman,
Karena dunia usaha yang mau tidak mau menerapkan tehnogy 4.0 tadi, atau lebih maju lagi kan?
Pendidikan yang menjadi tanggung jawab negara, diharapkan selalu sanggup memenuhi kebutuhan proses belajar itu, untuk menawarkan berbagai ketrampilan langsung yang berorientasi pada kemampuan management.
Sedangkan sektor swasta -Kadin- bisa menjadi sumur ilmu dan pengalaman, yang selalu bisa ditimba ilmunya kapan saja, untuk memperuncing skill dan bisa dijadikan mitra untuk saling berkolaborasi.
Dengan kolaborasi itu, salah satu rekomendasi ekonomi berkeadilan bisa saja terwujud dan memberikan hasil pertumbuhan ekonomi nasioanal yang baik dan bisa membuktikan jika SDM unggul nan produktif benar-benar ada.
SUMBER PHOTO COVER : KADIN.ID
BACA JUGA ARTIKEL TERBARU WADAI
- Berikut 3 Keunggulan Fazzio, yang Belum Diketahui Para Ibu Rumah Tangga
- Bagaimana Blue Core LEXi LX 155, Jawab Tantangan Dekarbonisasi?
- Begini Rasanya “Naik Kelas” Bersama Yamaha LEXi LX 155 Connected/ABS
- Ternyata ini 4 Keunggulan Yamaha LEXi LX 155 itu!
- Bank Kaltimtara Siap Sukseskan Kebijakan Tapera