Ahh mengingat kisah sang mantan, serta mengenal sosok Amartha pasti akan menyisakan banyak pengalaman dalam hidup kita deh.
Namun kisah mantan, yang saya maksudkan ini, akan berbicara pada banyak hal, terutama upaya terbaik yang pernah kita lakukan dahulu hingga kini, dan belum jua sukses dijalankan.
Utamanya ya dalam mendapati arti kebahagian dan kesejahteraan hidup yang bersama kita impikan!
Nah, coba saja, di antara kita, ada sajakan yang pernah merasakan menjadi mantan karyawan? Dimana kita bisa saja merasa terhempas –gitu- oleh gelombang PHK Perusahaan dengan bermacam alasan.
Terlebih alasannya adanya ketidakcocokan gaji dari sisi kita, yang selalu dirasa kecil. Dan –parahnya- kita hanya bisa mengeluh dan mengeluh saja, dan menjadikannya keterpaksaan selama bekerja.
Terus, adakah juga diantara kita yang –malah- sudah merasakan menjadi mantan pengusaha, yang terbebas dari tuntutan pekerjaan, alias ya hanya berleyeh-leyeh saja di rumah. Tentu ya dengan mengandalkan kekuatan passive-incomenya untuk melayani keinginan-kebutuhan harian apa saja.
Mungkin bisa saja kita lekas berfikir sekarang, untuk mau mencoba melakoni predikat Sang mantan sedini mungkin. Tanpa harus menunggu suratan-takdir PHK di perusahaan tempat kita bekerja saat ini?
Agar kita bisa lekas jua memfokuskan diri menggarap minimal satu dari berjuta jenis usaha UMKM, yang diharapkan bisa mengalirkan keuntungan yang tak-terbatas pada diri kita, kapan saja dimana saja?
Atau malah, kita ingin langsung memilih untuk mendapatkan aliran passive-income saja, atas kerjasama yang kita jalani lewat usaha project pendanaan UMKM yang bisnisnya dijalankan orang lain, sembari kita tetap masih bisa bekerja atau di rumah saja?
Jika kita berani katakan siap, mengambil langkah itu sekarang. Tentu saja kita harus berkenalan dengan sebuah nama, yakni Amartha. Dimana dia akan menjadi pelengkap kebahagiaan kita di masa depan. Nah, mau kenal Amartha? Mari saya kenalkan!
Pandemi yang seharusnya mengasah kemandirian kita!
Jujur saja, di usia saya yang semakin menanjak ini, sudah berhasil menjejali diri saya dengan kekayaan pengalaman sebagai seorang mantan juga. Ya mungkin samalah dengan kalian, saya dahulu pernah jua merasakan peliknya mencari kerja,–bahkan- terbiasa berpindah-pindah ladang pekerjaan.
Saya juga pernah menjalani hubungan tanpa-status alias hubungan pekerjaan dengan sistem kontrak yang suram. Harapannya, jika kontrak diperpanjang syukur, jika tidak, tentu perih hati.
Akhirnya, apes! Kontrak pekerjaan dahulu pernah ada yang tidak dilanjutkan. Satu evaluasi dalam diri sendiri saja sih, mungkin kinerja saya kurang memuaskan Perusahaan.
Selanjutnya,–terpaksa- saya harus mencari pekerjaan lagi, jatuh lagi pada hubungan kontrak jua-kan? Dan takdir-lah yang membawa saya bekerja di perusahaan lainnya sebagai pegawai tetap.
Hubungan kami, -saya dan perusahaan- pada saat itu bisa bertahan bertahun-tahun. Dan ketika project-nya selesai, saya-pun harus mengemban predikat sang mantan lagi di 2015-an.
Saya pikir, jikapun harus mencari pekerjaan lagi, ceritanya ya bakal sama, terus-terusan dikecewakan menjadi sang mantan.
Dan semenjak itu, saya memutuskan untuk berusaha dengan membuka jasa property, yang modalnya dari hasil tabungan selama bekerja.
Mencecap predikat baru menjadi wiraswasta, tidaklah buruk jua, ternyata saya bisa menjalaninya dengan segenap passion saya, dan merasakan banyak keuntungan.
Dan hingga akhirnya lagi, Pandemi di tahun 2020 ini sudah berhasil membuat arus cash-flow bisnis property tersendat. Dan saya anggap sebagai force the majeur alias resiko yang harus dimaklumi!
Pikiran saya lalu melayang lagi, untuk bagaimana mengakhiri status ini, menjadi mantan pengusaha dini sajalah, yang mampu mengalirkan passive-income, daripada terus capek bekerja!
Saya lantas mencari banyak jasa lembaga keuangan/Perbankan yang bisa mengalirkan pasive-income dari penanaman modal, yang akhirnya dialirkan kembali pada modal usaha orang lain.
Lanjut baca, klik nomor halaman ya!