Time is money
Sederhana sekali ya kalimat dalam peribahasa tadi? Waktu bisa disamakan dengan uang. Poin-nya sih menurut saya, jika kita bisa bersabar untuk berproses dengan waktu, someday, kita bisa saja jadi ber-uang.
Uang yang kita miliki tadi bisa menukarkannya dengan apa saja, yang menjadi kebutuhan, terlebih keinginan kita.
Lalu, pertanyaan buat saya pribadi sebagai kaum millenia, bagaimana bisa saya mengelola ruang waktu itu secara positive dan muaranya bisa mencapai kebahagian hidup, mulai sekarang juga?
Jawabanya ya bekerja saja dengan giat, terus hasilnya ditabung semaksimal mungkin –tapi jangan pelit-pelit!–
Aih, bertanya sendiri kok dijawab sendiri, teorinya sih mudah kali dikatakan ya? Namun terkadang ya masih bertolak belakang dengan passion para Millenial, yang katanya doyan pelesiran, ketimbang berinvestasi di hari tua, seperti membeli property , ya minimal rumah kek.
Ngomong-ngomong soal Rumah, para Millenial –sebutan bagi yang lahir di atas 1980 sampai dengan 1997— bisa saja malas untuk membahasnya. Hal tadi beralasan, coba kita lihat saja hasil survei yang dilakukan kompas pada 7-11 April 2017 lalu, ya survei yang menggali passion Millenial untuk membeli rumah sendiri.
Survei itu diambil dari 300 responden, yang berumur 25-35 tahun dari tujuh kota di Indonesia. Dari hasil survey, ternyata tercatat hanya 39% millenial saja yang sudah memiliki rumah. Dan sisanya 61% belum memilikinya.
Survey ini juga mengungkap alasan Milllenial kok kesulitan untuk memiliki rumah sendiri. Klassik sih, karena ya harganya mahal, terus ternyata millenial juga memiliki kebutuhan tandingan seperti traveling yang mengedepankan aspek pengalaman yang dianggap teramat penting.
Ditambah lagi adanya kecenderungan dengan bertambahnya usia, sang Millenial cenderung konservatif untuk berfikir membeli rumah.
Nah dari hasil survey tadi bisa jadi cermin gratis buat Millenial terlebih saya, untuk terus berkaca-kaca. Apa iya saya bisa dan pantas mempunyai –minimal satu saja— rumah sendiri, sekarang? Iya sekarang!
Beli Ngak, Beli Nggak, Beli.. Nggak ya?
Tidak ada cara lain sih untuk bisa lekas memiliki rumah sendiri, yakni dengan cara Cash atau Credit. Nah, jika uang sudah cukup ada di tabungan, segerakan saja dengan opsi pertama, Cash, selasai masalah loe!
Namun jika kondisinya seperti saya millenial yang terlahir pas-pasan, pastilah bisa memilih opsi kedua yakni Credit saja lewat Bank. Itupun dengan banyak pertimbangan.
Eh uang mukanya ringan gak? Lalu suku bunga yang kecil gak, terakhir tenornya bisa panjang gak?
Nah tapi ternyata, saya tidak sendirian untuk berkeluh kesah seperti tadi, karena masalah ini juga mejadi masalah global, yang banyak millenial dari penjuru duniah hadapi.
Ada riset lagi dari HSBC, yang mengikutkan 9,009 responden di sembilan negara maju, yakni Australia, Kanada, Cina Prancis, Malaysia, Mexico, UEA, Amerika dan Inggris.
Dari survey di negara tadi mendapatkan hasil unik, yakni sebanyak 36% Millenial berhasil memiliki rumah, tapi dengan bantuan keuangan dari orangtua mereka.
Dan Millenial Cina Mencatatkan 70% millenalnya berhasil memiliki rumah sendiri, presentase ini tertinggi dari negara-negara tadi yang disurvey. Hal yang bisa kita tangkap dari survey tadi adalah, ya sekali lagi –maaf– memang susah sekali buat Millenial untuk punya rumah-kan?
Tidak itu saja dalam riset itu juga bercerita lagi nih, jika millenial yang memutuskan membeli rumah via Bank juga harus rela berhemat ketika menjalaninya.
Itu saja? Ooh tidak, mereka rela memangkas habis biaya gaya hidup dan bersenang-senang mereka, demi apa, ya memiliki rumah sendiri!
Yang lebih ekstreem lagi, adalah sebanyak 21% Millenial tadi menyatakan terpaksa menunda memiliki anak demi berhemat. Dan sebanyak 33% lainnya membeli rumah yang jauh lebih kecil dari rumah yang mereka idamkan, lalu ada sebanyak 18% membeli rumah di lokasi yang tidak mereka sukai, karena ya terkendala budgjet.
Ada lagi nii, 21% lagi menyatakan mereka juga harus menyewakan sebagian kamarnya untuk membantu membayar cicilan ke bank.
Aduh, membaca suka-duka mereka, tak terbayang apakah kita bisa melaluinya ya ketika memiliki rumah sendiri nanti, terlebih dikejar membayar kewajiban cicilan kita. Bertanya lagi ke diri sendiri, apa kita sanggup?
Bermimpi untuk memiliki rumah segara mungkin, boleh saja. Tapi ingat euy, permasalahannya utamanya adalah tidak semua Millenial seperti kita mampu mengakses Kredit dari perbankan! Semua keputusan ya tetap di tangan Perbankan.
Dueh kompleksnya masalah kita ini ya, untuk punya rumah!
Hey ada yang bisa bantu saya?
Generasi millenial katanya bakal diprediksi menjadi kelompok terbesar pembeli properti di Indonesia 10 tahun ke depan. Generasi yang dimaksud adalah generasi millenial yang masuk dalam kelompok usia 23-37 tahun.
Itu artinya, generasi millenial adalah pasar potensial bagi dunia industri apapun termasuk perbankan, karena dengan jumlah generasi Millenial yang melimpah itu, akan menjadikan millenial sebagi mayoritas di negeri ini, di tahun 2020.
Nah dengan adanya pasar yang menganga itulah, menurut saya harus ada stimulan untuk melancarkan pertumbuhan industri properti terutama perumahan di Indonesia.
Ya stimulan yang dimaksud itu adalah, pertama adakah perbankan yang dapat menawarkan suku bunga yang terjangkau, kedua besaran uang muka yang tidak membebankan kantong Millenial, Ketiga permudah perizinan. Ke-empat soal pajak, dan kelima adalah kenaikan harga bangunan.
Kelima faktor ini bisa menjadi acuan terhadap gairah industri perbankan yang menembak segmen millenial. Terlebih saat ini, kondisi ekonomi yang belum menguntungkan posisi Millenial muda yang berumur 20-29 tahun, dimana angkatan kerja yang masih minim menyerap kaum Millenial muda.
Perbankan hanya terus membidik segmen millenial-tua yang berada pada usia 30-39 tahun, karena faktor pekerjaan dan finansial yang dianggal lebih stabil.
Nah dari kesempatan, permasalahan sekaligus tantangan tadi, bisakah Perbankan bersama-sama bergandengan tangan dengan Millenial menyambutnya untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran terhadap kebutuhan perumahan tempat tinggal saat ini?
Adakah yang bisa menjawab?
Ya, Millenial memang selalu di-identikan dengan high-tech –mungkin saja karena penampilannya yang selalu memengang smartphone—
Dan untuk menjembatani keduanya, memang harus ada inisiasi Perbankan yang dapat memberikan informasi yang mudah dipahami dan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan kaum Millenial untuk memiliki KPR.
Salah satunya yang menarik, adalah pendekatan Bank Tabungan Negara (BTN) yang telah berhasil meng-invasi nasabah Millenial-Nya dengan smart-branch sejak 2015 lalu.
Smart-branch itu adalah fasililtas beragam layanan yang berfungsi menjembatani nasabah dengan perbankan, dalam memperoleh informasi perbankan. Seperti melakukan komunikasi, regestrasi, pembukaan rekening, transaksi-transaksi dan transaksi di luar produk perbankan dengan bahasa digital yang aman dan mudah.
Nah, diharapkan dengan smart-branch yang terkoneksi secara digital dan dapat dikonsumsi via smartphone oleh millenial dapat memberikan akses informasi penting. Terutama informasi terhadap solusi permasalahan kepemilikan perumahan yang menjadi permasalahan terberat millenial yang diungkap di atas.
Nah, pertanyaannya apakah dari smart-phone kita para millenial, kita sudah mengetahui jika BTN telah menawarkan program sejuta rumah dengan skema pembayaran yang ringan?
Dimana porsi pangsa pasar kredit kepemilikan rumah (KPR) nasionalnya yang diberikan mencapai 32% saat ini dan porsi dalam bentuk KPR subsidinya sudah sebesar 96%.
Nah, kabar-kabar gembira seperti ini memang haruslah segera tersampaikan oleh Millenial. Agar apa? Ya utamanya dapat mengetahui informasi itu, dan selanjutnya dapat merangsang dan menggenjot usaha untuk dapat memenuhi persyaratan KPR yang diajukan BTN kan?
Lewat apa? Ya teruslah bekerja dan menabung lebih giat lagi.
Coba kita mampir ke laman BTN, disana banyak tawaran kepada Millenial untuk menikmati kemudahan pengajuan KPR/KPA.
Artinya, ya BTN sebenarnya sudah selalu menempatkan program KPR sebagai menu utama kepada nasabahnya, terlebih nasabah millenial seperti kitah dengan segala problematikanya.
Hal yang pro terhadap kaum millenia misalnya saja, kebijakan dimana debitur sekarang ini tidak perlu mengendapkan dananya di rekening BTN untuk mengajukan KPR. Karena persyaratan yang jadul Seperti itu selalu saja melekat di kepala kita kala berniat ber-KPR di Perbankan.
Lalu adalagi, BTN menawarkan biaya provisi maupun administrasi hingga 50%. Asiknya lagi, biaya proses KPR yang dikeluarkan debitur akan masuk ke dalam plafon krresitnya. Artinya, kita bisa lebih berhematkan?
Belum lagi, adanya fasilitas uang mula minimal 1% bagi debitur KPR rumah pertama. Selain itu KPR BTN juga bisa melakukan cuti membayar utang pokok selama 2 tahun, tatkala kita mendapat kemendadakan kesulitan keuangan.
Lalu, BTN juga memberikan suku bunga ringan sebesar 8.25 % (fixed) selama 2 tahun. Harapannya beban angsuran kita lebih ringan lagi. Dan ngerinya lagi, BTN memberikan Tenor kredit hingga 30 tahun untuk KPR dan 20 tahun untuk KPA (Apartemen).
Sepertinya hal tadi sudah menjawab akar permasalahan dan juga tantangan industri property dimana millenial akan menjadi peran utamanya. Duh nikmat manalagi dari BTN yang kita dustakan ya?
Smart-Branch, Kesempurnaan Pelayanan KPR Di BTN Di Usia 69 Tahun
Nah, di usia 69 tahun BTN, ini tentu saja berbagai cara, untuk menyempurnakan pelayanan seperti apa yang diminta oleh para nasabah semakin dirasakan. Utamanya masalah perumahan bagi Millenial.
Sejak tahun 1976, kali pertama BTN menyalurkan KPR, BTN telah menjalankan kredit dengan skema konvensional dan syariah dan telah merealisasikannya sebanyak 4.1 juta unit rumah. Sebanyak 75% dari 4.1 juta unit rumah tersebut mengalir dalam bentuk KPR subsidi dan sisanya dalam bentuk KPR non subsidi.
Nah, fakta itu kemudian menjadikan bukti jika BTN benar-benar concern untuk membantu dalam kepemilikan kebutuhan perumahan. Dengan hadirnya Plaza KPR misalnya, kita saat ini dengan mudah dapat mengakses informasi KPR tadi.
Bisa kita mulai mencari syarat dan cara mengajukan aplikasi KPR secara online. Dan tidak itu saja, informasi lelang rumah juga bisa kita dapatkan jika kita menginginkan rumah idaman. Pelayanannya tidak berhenti di situ saja, KPR Hotline 1500286 hadir 24 jam untuk memberikan informasi sesuai dengan kebuthan Millenial.
Nah dengan kemudahan yang telah ditawarkan oleh BTN dalam menjembatani masalah generasi millenial soal Perumahan yang sejak lama itu. Pertanyaannya kembali ke kita, sampai serius mana keinginan Millenial memiliki rumah?
Sambil menemukan jawabannya, tak ada salahnya yuk kita memberikan selamat ulang tahun ke 69 tahun ke BTN. Semoga saja, concern BTN terhadap KPR yang mudah dan ringan terus akan bertahan di masa mendatang.