Nasabah Bijak, Sebuah Cita yang Harus Diperjuangkan!


Aal Arby

“Nasabah bijak, memampukan nasabah mengelola keuangannya secara multitasking, pintar memilih layanan perbankan, dibarengi kemampuan ber-transaksi digital.”

— Aal Arby, Wadai

Pagi sekali pak Agus sudah menungguku di pintu rumah. Dia memeluk sebuah tas kecil  yang terlihat padat berisi sesuatu di dalamnya. Biasanya sih dia hanya membawa karung untuk mengikat dan meletakkan peralatan-peralatan tukangnya, lantas membopongnya kerja.  

“Apa itu pak Agus, isi tasnya?” Pertanyaanku heran  padanya.

Dia lantas membuka tas itu, tapi sekelebat saja. Aku melihat ada segepok uang yang terbalut dalam amplop warna coklat di dalamnya.

“Aku ikut mas sampai depan gang, di seberang jalan itu ya, mau setoran uang di Bank” Selorohnya pelan.

Ternyata uang itu adalah tabungan hasil jerih payahnya menabung, hasil bekerja sebagai kuli bangunan selama merantau di Samarinda.

Aku memang hanya menerka saja jawaban itu sih? Yang pasti tujuan menabung Pak Agus di Bank agar uangnya itu aman saja. Karena beberapa bulan lalu, terjadi kebakaran hebat yang hampir melalap rumah kontrakannya.  

Mungkin dia khawatir bencana itu terjadi lagi kapan saja, dan melahap harta, terlebih tabunganya itu.

Dia lantas bergegas naik ke motorku —masih– mendekap erat tasnya itu. Kumaklumin saja sikapnya seposesif itu menjaganya. Karena uang di dalam tasnya tadi  adalah segalanya, memampukan masa tua bersama istri dan seorang anak perempuannya yang masih SMP. Sekaligus tempat peraduannya kala sakit kapan saja.

“Wah sekarang enak, tinggal ke ATM saja kalau mau perlu uang, tinggal digesek dikit keluar deh uangnya,” Candaku sembari mengegas motorku perlahan maju.

“Ndak mas, aku ga pake kartu ATM-ATM-an, aku ndak mau pake ATM, jadi biasa sajalah. Mau dikasi ATM sama Bank tapi aku tetap nolak saja” Jawabnya tegas, meyakinkanku, sembari mendekap erat pinggangku.

Antara percaya atau tidak, ternyata sifat keras kepalanya terus saja menolak, menjadikan dirinya inklusif pada layanan Bank sedari dulu belum usai jua.

Ilustrasi I Pexels

Dia jelas dan tegas menolak menerima kartu ATM yang seharusnya sudah menjadi hak nasabah Bank?Padahal gunanya ya tentu mempermudah transaksi apa saja lewat ATM.

Alasannya pak Agus  tetap sama, yakni faktor keamanan, yang dia sangat perjuangkan. Karena dia juga banyak mendengar kabar di luar sana, jika sedang marak kasus kejahatan siber yang mampu membobol tabungan nasabah Bank dengan mudahnya.

Mungkin saja Pak Agus berfikir, jika dengan tidak menerima ATM dari Bank, potensi  kejahatan siber tidak akan berlaku baginya.  

Ya sederhanya,  –lagi– dia beranggapan Bank itu hanya sebagai wadah peyimpanan tabungan saja. Dan dia juga tidak pernah mengharap manfaat apapun atas simpanannya. Sikap itu ternyata juga sudah bulat direstui oleh istrinya di rumah.

Namun, tanpa disadari, memang Pak Agus sudah mulai berproses untuk menjadi inklusif pada layanan Bank, bukan?

Dan mungkin saja, perlu proses waktu lagi, untuk menjadikan pak Agus dan keluarganya menjadi sosok nasabah yang bijak, memanfaatkan kehadiran Bank melayani kehidupan hariannya yang lebih luas dan lebih mudah lagi.

Aku sih yakin, sosok-sosok pak Agus juga masih banyak di luar sana, dan kini mereka  akan juga tengah berupaya untuk terus mampu berjuang menjadi inklusif, menjadi seorang nasabah bijak. Tapi..?

Inklusi keuangan sebuah edukasi menjadikan kita  nasabah bijak?

Romantisme pertemananku dengan Pak Agus tak berlangsung lama. Awal 2020, pak Agus dan istrinya mengalami kecelakaan lalu lintas. Kendaraan roda dua, yang mereka gunakan bertabrakan dengan mobil kijang kala menuju kebunnya di jalan poros, menuju kota Bontang.

Pak Agus menderita luka serius, beserta sang Istri. Mereka harus menjalani perawatan darurat di rumah sakit.

Namun bersama dengan pihak penabrak juga ternyata sama-sama berstatus  kurang mampu, untuk menghadirkan uang DP rumah sakit.

Sedangkan, uang tabungan pak Agus yang ada di Bank juga tidak bisa dicairkan seketika oleh anaknya hari itu. Pastilah perlu beberapa syarat penting yang harus dipenuhi anaknya yang masih belia itu, terlebih peristiwanya di luar jam kerja.

Hingga akhirnya, Pak Agus meninggal dunia malam harinya, terlepas dari faktor lambannya keputusan melakukan tindakan operasi, yang membutuhkan dana besar, sekira Rp 20jutaan.

Istrinya yang terbaring lemah, dengan derita patah tulang di bagian kaki dan tangan juga tidak bisa berbuat apa pun juga. Terlebih putrinya yang masih duduk di bangku SMP, tidak tahu tindakan terbaik selanjutnya, ditambah ketiadaan keluarga terdekat yang tingga di Samarinda.

Tinggallah aku dan beberapa tetangga, yang menjadi saksi, dan ikut membantu bencana yang dialami keluarga Pak Agus sebisa mungkin.

Lantas, pelak saja cerita pilu pak Agus mudah menjadi gunjingan warga sekampung, atas keputusan mengapa sedari dulu, pak Agus tidak menerima saja fasilitas kartu ATM Bank, yang –mungkin– akan mampu membantu perobatan di rumah sakit? Jika saja itu hal itu terselesaikan, bisa saja nyawanya tertolong saat itu juga. Namun nasi sudah menjadi bubur.

Dan beruntung saja, bantuan asuransi Jasa Raharja mengalir, dan memperingan biaya perobatan yang dibutuhkan istrinya paska kematian pak Agus hari itu.

Bersyukurlah pula, beberapa bulan istrinya pulih, meski meninggalkan kecacatan phisik di kakinya, dia lekas mengurus syarat administrasi untuk memindahkan tabungan pak Agus atas namanya, dan mengambil sebagian dana itu untuk meyabung hidup bersama anak perempuannya.

Dan kini, istri pak Agus dan anaknya sudah mau menerima ATM dari Bank pilihannya, untuk keperluan penarikan uang kapan saja dengan mudahnya di ATM.  

Ya namanya  sistem Perbankan itu dimana-mana memang begitu, menggunakan proses sekuritas yang tinggi untuk bisa mengkases identitas nasabahnya beserta simpanannya, meski keluarganya sendiri yang meminta.

Ilustrasi ATM I Kompas

Ah, Perjuangan dan pengorbanan keluarga pak Agus, rasanya sudah menjadikan salah satu edukasi penting bagi kita, terhadap makna inklusif keuangan itu bukan? Agar kita lebih mampu merengguk kenikmatan, berkehidupan modern dengan mudahnya lewat layanan Perbankan itu.

Namun dicatat,  perjuangan istri pak Agus belumlah selesai? Terutama untuk terus mampu berproses menjadi lebih inklusif lagi terhadap layanan perbankan digital modern itu, yang mudah menularkan potensi pengorbanan-pengorbanan selanjutnya.

Dan kesemuanya itu akan mudah terpantik atas kelengahan penggunaan Gadget di genggaman kita kapan saja bukan?

Yakinkah kita mampu menjadi Nasabah Bijak di kehidupan modern, kini dan selamanya?

Memang tidak dapat dipungkiri jika, aktivitas harian manusia modern kini, mudah sekali mensimulasikan aktivitas ekonomi yang sangat kental, dan berpengaruh satu dengan yang lainnya.

Setidaknya hal itu dapat dilihat dari kebutuhan akan nomor rekening Bank, yang kini menjadi entitas wajib masyarakat modern di perkotaan? Dan buktinya, sebagian besar dari kita berhasil memiliki nomor rekening itu, dan otomatis menjadi seorang nasabah di sebuah Bank.

Oleh sebab itu, jika membandingkan kehidupan modern kini, beserta kenikmatan layanan perbankan selalu  tidak pernah berhenti, guna menuai manfaat hanya sebatas media penyimpanan uang yang paling aman saja, bukan?

Namun layanannya sudah berkamuflase menjadi media yang menjaja layanan keuangan lainnya, dan mengikutkan alih tehnologi terkini, di balik kemudahan menjaja layanan online real-time 24 jam bagi setiap nasabahnya.

Meresapi hal diatas, seolah sistem perbankan mau beralari kencang saja ya meninggalkan sistem Perbankan konvensional menuju pada era Perbankan Digital?

Hal itu mengindikasikan jika perjuangan kita menjadi nasabah Bank yang bijak mengelola keuangan pasti akan terus saja diasah dan akan lebih menantang lagi, bukan? Dimana kefasihan bertransaksi dengan teknologi modern itu, akan menjadi jalan tengah mencegah potensi kejahatan siber yang lebih massif dan lebih kreatif lagi.

Lantas, jika kita lihat saja peningkatan kasus kejhatan siber yang terjadi semenjak 2017 lalu terus beranjak. Internet Crime Complaint Center (IC3) menyebut terdapat tren kasus kejahatan siber sudah mencapai 552 ribu kasus per tahunnya yang terjadi di seluruh dunia.

Dan, yang menjadi catatan  adalah jika potensi kejahatan siber yang dipantik oleh rekayasa sosial atau Social Enginering (Soceng) yang akan menjadikan sebuah perjuangan dan tantangan bagi setiap nasabah untuk mampu mengurai potensi pengorbanan materil yang luar biasa lagi.

Nah, bagaimana langkah bijak kita mewaspadai ancaman siber, sebagai syarat menjadikan sosok nasabah bijak yang sesungguhnya hadir dalam diri kita?

1. Bijak terhadap ancaman  Pharming

Kejahatan siber ini lebih banyak akan mengintai aktivitas perbankan, dengan cara melakukan modus pengalihan situs resmi ke situs abal-abal yang tidak diketahui keasliannya oleh calon korbannya.

Dengan modus pengalihan itu, si korban akan mudah terperangkap modus penipuan, dimana korban mudah mengalirkan  data-data penting perbankan, dan menjadikan data itu, bahan dasar pembobolan rekening korban yang terekam di dalam situs abal-abal tadi.

2. Bijak terhadap ancaman kejahatan  Spoofing

Ancaman modus kejahatan ini sudah menggunakan software atau perangkat lunak, menyamarkan indentitas berupa e-mail, nama atau nomor telpon palsu seseorang yang kita anggap kenal dan berpengaruh langsung dalam kehidupan harian kita.

Tujuannya dengan identitas palsu tadi akan memudahkan ragam identitas kita mudah dicuri, lewat aktivitas korespodensi via email atau aktivitas  chatting via entitas itu.

3. Bijak terhadap ancaman kejahatan Keylogger

Nah jenis ancaman ini lebih canggih lagi dilakukan oleh penjahat siber, dengan cara rekayasa software yang mampu menghapal tombol keyword pada perangkat Gadget korbannya.

Tujuannya tentu saja mengarah pada aktivitas perekaman  tren pola ketikan kata sandi yang sangat vital mampu membobol rekening Bank korbannya. Terlebih data-data penting kita seperi password, tidak pernah diperbaharui, dan ajeg menjadi indentitas abadi kita saja.

4. Bijak terhadap ancaman kejahatan Phising

Bentuk anacaman ini juga sangat massif dilakukan, dan merenggut banyak korbannnya, terutama para nasabah Bank. Modus ini dilakukan dengan cara seseorang yang menjanjikan hadiah kepada calon korbannya dengan syarat ketentuan berlaku.

Salah satunya,  calon korbannya harus menyetor dana terlebih dahulu, lewat cara ditransfer ke nomor rekening tertentu.

Modus ini juga akan lebih mudah dilakukan penjahat siber, kala berhasil menggenggam informasi detail pribadi kita, seperti user ID, PIN serta nomor rekening bank atau kartu kredit, dan lantas merekayasanya sedemikian rupa untuk membobol rekening calon korbannya.

5. Bijak terhadap ancaman Sniffing

Modus kejahatan ini juga tak jarang disadari para korbannya. Dimana penjahat siber akan dengan sangat mudah memperoleh semua data penting dari perangkat kita, yang dipantik hanya oleh tersambungnya Gadget kita ke jaringan mereka.

Biasanya jaringan yang mudah menggoda korbannya untuk tersambung adalah jaringan Wi-Fi yang snegaja di sediakan secara gratisan yang berada di publik. Pernah mengalaminya?

Lantas, mampukah layanan Perbankan akselerasikan cita kita menjadi nasabah bijak itu?

Pastilah kita sepakat, jika kehadiran Perbankan sudah menjadi sebuah industri yang berhasil menyokong kegiatan perekonomian masyarakat kini, dan jua nanti, bukan?

Lantas, lazimlah jika kita  menyebut Bank Rakyat Indonesia (BRI), menjadi salah satu Bank pilihan masyarakat yang berhasil menghubungkannya coverage layanan yang luas di pelosok Indonesia sejak 1895 lampau.

Gedung BRI I Kompas

Bank BRI sangat dikenal oleh segmentasi nasabah masyarakat mikro, yang terjaring dalam 8.852 kantor cabangnya di pelosok Nusantara, per Maret 2022.

Mengikuti trend Perbankan terkini, Bank BRI gencar pula mengembangkan layanan yang berbasis teknologi terkini, dan berdampak pada penyusutan 575 kantor cabangnya semenjak 2020 lalu.

Sekilas hal itu menunjukkan hal yang kontradiktif bukan? Namun, disadari atau tidak, kebijakan pengelolaan perbankan digital nan modern juga menjadikan sebuah perjuangan berat Bank BRI, yakni bagaimana memampukan semua nasabah BRI mewujudkan cita menjadi nasabah bijak itu?

Oleh sebab itu, BRI sebenarnya sudah meracik sebuah media aman, guna menjaja semua layanan perbankannya dengan prinsip kemudahan dan kemanan, dengan tujuan  utamanya yakni mengakselerasi cita nasabah menjadi nasabah yang bijak itu.

Lantas, bagaimana akselerasi itu, dan memantaskan setiap nasabahnya lekas naik kelas, menjadi nasabah yang bijak itu?

1. Aplikasi BRI Mobile

Tabungan yang kita miliki di Bank tentu akan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan kita kapa saja dan dimana saja, bukan?

Aplikasi BRIMobile, sebuah aplikasi yang mudah sekali disematkan dalam Gadget akan mampu menyemburkan ragam layanannya dengan mudah secara realtime.

Jika kita sudah berhasil menginstalnya ke dalam Smartphone kita, lihat sajalah kita dengan mudahnya lekas mengakses layanannya dari mana saja kapan saja.

Hal yang paling mendasar layanan itu mampu memanja pengguna aplikasi BRIMoblie melakukan cek saldo terkini, transfer uang, pembayaran multifinance, PLN, Telkom, kartu kredit, e-wallet, cicilan hingga membeli ragam pulsa.

Pexels.com

Lantas, kala sedang menggenggam aplikasi BRI Mobile yang ada di Smartphone mudah menjadikan skill baru be-rinklusi keuangan. Sembari terus meng-upgrade pengetahuan digital lainnya sebagai pencegahan hadirnya serangan kejahatan siber, atas aktivitas bertransaksi kita via aplikasi mobile.

2. BRILink

BRILink sedang marak kita jumpai di warung klontong nasabah?

BRILink sebuah kreasi dan inovasi yang akan mampu memberdayakan setiap nasabah BRI  lebih berdaya lagi. Yakni dengan menjual kembali layanan perbankan dengan –masih— menggunakan prinsip kemudahan dan keamanan tingkat tinggi, lewat teknologi digital.

BRILink bak sebuah media usaha bagi para nasabah BRI, untuk menjaja edukasi inklusi keuangan kepada segmentasi masyarakat yang masih awam berinklusi keuangan.

Dengan hadirnya BRILink akan menjawab kebutuhan layanan kantor cabang BRI yang kian menyusut, untuk  melayani transaski transfer uang, setor tarik tunai, bayaran tagihan bulanan dan ragam top-up lainnya.

Agen BRI Link I Kompas

Sehingga proses menjadikan sosok nasabah bijak yang paripurna akan mampu berawal dari sini. Dimana orang yang masih Ekslusif dalam pengelolaan keuangannya, melihat begitu aman dan mudahnya bertransaksi digital itu, dengan kefasihan nasabah BRI yang menjadi agen BRILink.

Nah dua medium itu, BRIMobile dan juga BRI Link rasanya akan mudah menjawab sebuah model mengenaL kemampuan Perbankan, terutama BRI yang mampu mengakselerasikan cita kita untuk menjadikan nasabah bijak itu, bukan?

Nasabah bijak, melahirkan penyuluh digital yang tangguh!

Sampai  di titik ini, kita bisa menyadari jika, proses memantaskan diri kita menjadi nasabah bijak memang sangat berliku ya?

Dimana dengan kemampuan kita  mengelola keuangan yang hanya mengandalkan bunga tabungan semata, ternyata masih tertinggal jauh, dengan kenikmatan sebenarnya  yang terselip atas ragam layanan Perbankan Digital kini.

Ambilah sebuah contoh pemahaman kita mengenai hadirnya bunga tabungan kita di Bank?

Apakah kita pernah memperhitungkan manfaat materil atas tabungan kita, kala Bank konvensional memberikan bunga hanya 0.7% –hampir 0%– pertahun? Jika ditotal dengan potongan administrasi Bank serta biaya kartu dan juga pajak, pastilah lama-kelamaan tabungan kita dalam jumlah tertentu akan terus tergerus bukan?

Meski dari awal niatan menabung di Bank hanya bertujuan menjadi aman semata. Namun percayalah, proses waktu tentu meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan kita, yang berujung pada hasrat mendapatkan sebuah benefit materi yang lebih tinggi.

Terlebih kini, telah banyak Bank Digital yang menawarkan bunga yang lebih tinggi mencapai 6%.

Dalam konteks mendapatkan hasil yang baik tadi, tentu perbandingan itu sudah menjadikan rangsangan tertentu untuk mencobanya Iya merasakan kenikmatan layanan Bank Digital, dengan layanan lainnya, seperti ber-deposito, berkredit, serta berasuransi yang menjadi added value sebagai nasabah bijak itu.

Nah, dinamika atas kebutuhan nasabah di atas harusnya menjadi pematik utama lahirnya nasabah bijak, dimana setiap nasabah juga harus berhasil menakar kemampuan berdigitalisasi kala bertransaksi maya. 

Pexels.com

Artinya, meskipun kita memiliki banyak teori pengelolaan keuangan, akan terasa sia-sia jika saja kita tak bisa mengeksekusinya di kanal-kanal maya. Dan hal itu berhubungan erat dengan perjuangan kita dalam upaya pencegahan ancaman kejahatan siber yang sudah kita bahas di atas.

Nah, berangkat dari hal itu, diriku pribadi sudah memiliki cara yang sudah aku terapkan, untuk mampu jua merdeka menggenggam status nasabah bijak, kala menikmati layanan perbankan secara online itu.

1. Menggunakan aplikasi keuangan yang terpercaya!

BRIMobile menjadi sebuah model aplikasi terpercaya dari Bank BRI, yang menyuguhkan kemudahan dan keamanan para nasabahnya yang menggunakannya.

Mendownload dan menginstalnya, pengguna harus memastikannya aplikasi BRIMobile yang berasal dari Play Store saja ya? Lantas menggunakannya, calon pengguna harus juga terverifikasi menjadi nasabah Bank, dengan mendaftarkan nomor HP tersebut ke Pihak Bank terlebih dahulu.

2. Update sistem operasi Gadget dan aplikasi BRI Mobile secara berkala

Kemanan perangkat akan menjadi penting kala berselancar di dunia maya? Oleh sebab itu memperbaharui sistem operasi Gadget akan mudah memperkuat sistem keamanan perangkat dari Malware yang hadir atas aktivitas ber-online ria kita.

Hal itu juga berlaku pada pembaharuan aplikasi BRI Mobile secara berkala, jika mendapat notifikasi pembaharuannya. Hal itu lebih memaksimalkan kerja-kerja proses layanan bertransaksi di aplikasi/Gadget kita.

Artinya, ya jangan sayang kuota untuk memproses pembaharuanya itu!

3. Hubungi CS Bank untuk mencari solusi permasalahan yang dihadapi

Pengguna/nasabah lumrah menemukan permasalahan yang diakibatkan hal teknis ataupun non-teknis. Idealnya semua kendala tersebut dapat dikonsultasikan ke pihak hotline Cutomer Service Bank untuk menemukan solusi terbaik.

CS BRI I Kompas

Hal ini terpenting dilakukan, terutama mengetahui hal-hal ganjil, seperti menerima kode OTP transaksi yang tak dikenal terus menerus, serta hadirnya notifikasi e-mail/sms mengenai transaksi yang tidak pernah dilakukan. Lekas hubungi CS, guna memblokir akun Bank sementara waktu!

4. Menjaga keamanan Gadget

Hal terpenting yang sederhana, dan kita mampu lakukan juga adalah, kita harus mampu menjaga Gadget kita! Pastikan hal keamanannya dari potensi pencurian/kehilangan atau terjatuh/rusak.

Pencurian/kehilangan akan mempermudah orang lain menggunakan/merekayasa data personal yang terdapat di dalamnya. Hal itu mudah dilakukan jika pencurinya merupakan praktisi IT, bukan?

Nah, gunakan saja password pada Gadget untuk membuka dan menutup layar Gadget. Cara ini akan akan ampuh mempertebal tingkat keamanan Gadget bila saja tercuri atau hilang.

Jaga posisi Gadget, untuk tidak gampang jatuh! Hal itu membuat Gadget mudah hang, dan bisa dibayangkan jika kita sedang melakukan transaksi online atas kerja Gadget yang tidak optimal, bisa menimbulkan masalah bertransaksi.

5. Menjadikan identitas Perbankan kita sebuah Privacy yang harus dijaga!

Satu hal yang teramat penting juga dan sudah menjadi doktrin kepada nasabah Bank yakni, jangan menebar informasi pribadi mengenai data perbankan kepada siapa saja! Informasi tadi berupa  user-name dan password internet mobile/kartu ATM!

Kewaspadaan ini akan menjadi kunci mencegah terjadinya ancaman kejahatan siber!

Lantas, menjadi bijak itu?

Istilah Bijak memang akan menebar makna yang sangat luas, kita pahami bersama. Di dalam konteks memaksimalkan layanan perbankan, –misalnya– nasabah harus mampu menakar layanan perbankan apa yang cocok dengan karakter aktivitas ekonominya, bukan?

Misalkan saja, bagaimana nasabah menjadi bijak menggunakan layanan perbankan sesuai keyakinan syariat agama, tentulah dia, akan tegas bijaksana memilih Bank dengan sistem Perbankan syariah, guna mudah meneguk manfaat keberkahan yang diyakini.

Dan sebaliknya, bagaimana jika nasabah beroritentasi pada layanan perbankan yang menjanjikan keuntungan finansial yang lebih baik, lewat tawaran bunga tinggi dan kemudahan perbankan yang sangat fleksibel lainnya. Tentu sikap bijaksana darinya, adalah memilih Bank dengan konsep konvensional tadi.

Namun, dengan perbedaan konsep menjual layanan Perbankan yang sangt bervariasi tadi, tentu saja tidak menanggalkan hasrat industri Perbankan kini, untuk mampu menjadi diri mereka Bank Digital, menerapkan sebuah teknologi terkini, guna memanja segmentasi nasabahnya.

Oleh sebab itu, status nasabah bijak itu tentu, akan mengacu kepada kemampuan nasabah untuk bisa mengelola keuangannya secara multitasking, baik memilih layanan perbankan yang menguntungkan, seperti ber-deposito, membayar tagihan bulanan, berkredit online di Bank, yang harus jua dibarengi dengan kemampuan ber-digital. Minimal juga mampu menempuh lima hal di atas, guna mencegah serangan kejahatan siber, bukan?

Pexels.com

Lantas, bertanya kembali kepada diri sendiri, sudah pantaskah kita menggenggam status nasabah bijak hari ini, dan sekaligus memampukan diri kita menjadi penyuluh digital bagi sirkel kehidupan di sekitar kita ya? Jika belum, yuk mari perjuangkan bersama.

Karena menjadi nasabah bijak itu, memang sebuah cita yanga harus diperjuangkan.

Tiga Artikel Wadai paling Populer, Yuk Klik-in!

error: Content is protected !!