Sejarah imlek, mengenalkan kita pada atraksi Barongsai yang berhasil menghibur kita semua kala Imlekan tiba, bukan?
Kita juga bak hanyut dalam suasana pernak-pernik lampion yang khas bila berada di pusat keramaian macam Mall. Terlebih ada juga prosesi bagi-bagi angpau dari mereka yang merayakannya, dan menjadikan semuanya bak kearifan lokal baru saja yang mampu kita terima.
Nah, perayaan Imlekan memang lekat sekali dengan etnis Tionghoa? Dimana dahulu kebebasan merayakan Imlekan sempat terkekang selama lebih dari tiga dekade, atas dasar Inpres Nomor 14 tahun 1967.
Instruksi Presiden itu terlahir akibat trauma tragedi G30S, yang tak luput mendiskriminasi orang-orang Tionghoa, salah satunya ya merayakan kebebasan perayaan tahun baru cina itu.
Ingat kah? Isi dalam Inpres itu, dikatakan jika semua jenis budaya Tingkok, termasuk perayaan Imlekan, Barongsai, bahkan aksara-aksara Cina harus diiatur untuk hadir di ruang Publik.
Semua itu dilakukun –katanya—sebagai tindakan pencegahan atas pengaruh psikologis, mental dan moril yang dianggap kurang pantas terhadap kaum Pribumi.
Terlebih, kebudayaan cina dianggap sebagai penghambat proses asimilasi warga TiongHoa, dalam mengkondisikan dirinya menjadi warga asli negara Indonesia.
Tapi, akhirnya, semua bersyukur, jika pengekangan itu berakhir, pada Rezim Abdurahman Wahid.
Gus Dur yang menjabat Presiden ke-4, tegas mencabut larangan yang tertuang atas Inpres tadi. Dan Rezim Gus Dur pun memulai inklusivitasnya terhadap kaum Tionghoa di Indonesia.
Budi Tanuwibowo, Sekertaris Dewan Rohaniwan Majelis Tinggi Agama Khonghucu, dalam laporan Harian Kompas, pernah menyebut jika Gusdur berani mencabut Inpres itu, jika memang menjadi hambatan perayaan Imlekan etnis Tionghoa.
Nah, kala kita melihat mereka kaum Tionghoa, merayakan Imlekan, selain atraksi Barongsai dan bagi angpau. Tentu mata kita akan fokus menyorot ekspresi kebudayaan Imlekan yang paling menonjol, diantaranya adalah ucapan selamat imlek dan juga pembakaran uang, bukan?
Bahkan bukan hanya uang, rumah dan mobil juga dibakar dan menjadi tradisi imlekan yang masih jua dirawat etnis Tinghoa hingga kini lho.
Kamu pasti nanya, bertanya-tanya, apa alasan bagi etnis Tionghoa membakar materi mereka itu? Nah berikut hal paling menarik, di balik alasan mengapa perayaan Imlekan identik dengan membakar uang. yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Pembakaran materi berharga perayaan Imlek sebagai prosesi sembahyang leluhur
Sepintas jika melihat perayaan Imlekan, akan terlihat jelas ada banyak benda terdapt di meja abu. Di sana etnis Tionghoa akan mengirim apapun bagi leluhur mereka lewat proses pembakaran materi berharganya.
Di sana juga kadang terdapat, koper isi baju, sepatu belt, ada juga emas batangan. Bahkan di meja abu itu, juga ada menu masakan nasi plus lauk, arak putih tak lupt dibakar, yang bermaksud mereka ingin mengirimkan makanan atau barang itu buat leluhur.
2. Duh, ternyata materi yang dibakar hanyalah replika saja
Ternyata materi yang dibakar dalam perayaan Imlekan hanya replikasi yang dapat dibeli di banyak toko perlengkapan Sembahyang/Imlekan.
Dan biasanya prosesi pembakaran dilakukan bagi mereka yang percaya banget dengan alam baka, ya dengan simbolisasi pembakaran kertas coklat atau kimzua itu.
Misalkan saja, bagi mereka yang percaya alam aka, dan bermimpi didatangi leluhur mereka, dan meminta rumah dan mobil.
Maka, orang yang bermimpi itu, akan memenuhinya dengan prosesi pembakaran rumah dua lantai lengkap dengan perobatan beserta mobil, dan duit mereka.
Tapi semua hanya replika yang terbuat dari kertas, dan dapat dibeli dengan mudahnya kok.
3. Kewajiban bagi Angpau ternyata buat yang sudah nikah saja
Ternyata tradisi pemberian angpau hanya dibebankan bagi mereka yang sudah menikah.
Jadi bagi yang belum menikah jatunya ya hanya menunggu diberi angpau saja dari yang sudah menikah.
Nah nanti ketika kita sudah menikah ya giliran kita memberi kepada yang belum nikah. Jadi jatuhnya impas bukan?
Terlebih bagi pasangan muda yang baru nikah terus punya anak, dia harus memberi angpau ke orang lain, di saat yang sama anaknya juga dapat jatah angpau dari orang lain. Duh serunya, jadi balik modal lagi?
Nah itu tadi sekilas Sejarah Imlek, dari Angpau hingga alasan membakar Uang bagi mereka yang merayakannya.
Kredit Photo Pexels.com