Sinar Mas Land kembangkan konsep livable city di banyak kota besar. Dan dari konsep Livable City, atau kota layak huni itu, pastilah menjadikan ragam inovasi guna menghiasi agenda pembangunan di banyak daerah, bukan?
Sederhananya, konsep Livable city merupakan konsep pembangunan kawasan yang setara atas kebutuhan hidup, seperti hunian yang layak, mobilitas penghuninya, kualitas gaya hidup, serta layanan publik dan juga lingkungan kerja.
Meskipun tak jarang, aplikasi instant yang dikerjakan daerah, seperti relokasi/penggusuran dalam menata kawasan kumuh menjadi kawasan layak huni, kerap melahirkan dinamika sosial, melonjakkan ongkos dalam pembangunan Livable City itu.
Nah, sekilas, fenomena itu menunjukan, betapa besaran nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) menjadikan kunci? Artinya, PAD besar berpotensi mengakselerasi pembangunan berkonsep Livable City.
Namun, jawabannya relatif, jika melihat hasil penelitian Most Livable City Index (MLCI) 2017 oleh Ikatan Ahli Perencana (IAP).
Hasil survei MLCI, mengungkap, tiada kaitannya antara nilai perkapita sebuah daerah, dengan tingkat kelayakan hunian kawasannya.
DKI Jakarta, –misalnya– dengan Pendapatan Asli daerah (PAD) terbesar di Indonesia, kerap menduduki kelompok kelas Average Tier Cities saja.
Padahal, penelitian MLCI 2017 hanya menuntut sedikitnya 6 indikator dasar, menggenapi status kota layak huni sebuah daerah/kota. Apa saja?
- Hadirnya kebutuhan dasar masyarakat, seperti perumahan warga yang layak, air bersih, jaringan listrik, sanitasi, keterjangkauan pangan
- Fasilitas umum dan fasilitas sosial, seperti transportasi umum, taman, fasilitas kesehatan
- Ruang publik sebagai ruang berinteraksi antar komunitas
- Keamanan dan keselamatan
- Dukungan fungsi ekonomi, sosial dan budaya kota
- Partisipasi warga dalam pembangunan
Bertanya? Bagaimana kota Balikpapan di Kalimantan Timur (Kaltim) berhasil menjadi salah-satu kota berstatus Top Tier City MLCI di 2017 lalu?
Jawaban itu akan memberikan elaborasi, untuk ikut mengimprovisasi inovasi, bagaimana Sinar Mas Land kembangkan konsep Livable City di berbagai daerah yang kian kompleks saja, bukan?
IKN Nusantara, pemantik hadirnya konsistensi Livable City di daerah!
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia di pertengahan 2023 mencapai 278,69 juta jiwa. Angka itu menjadikan sebuah beban, atas agenda pembangunan masa depan?
Merujuk kembali sebuah tren data BPS, masyarakat yang tinggal di perkotaan itu sekarang sudah menjadi 56,4 persen dari jumlah penduduk RI di 2020, dan 61,7 persen diproyeksikan akan hadir pada 2045
Nah, dalam konteks ini, penyiapan kawasan layak huni atau Livable City, menjadi sebuah tuntutan di masa depan, bukan?
Namun, apakah mungkin upaya penyiapan, pembangunan kawasan layak huni baru, sebagai dampak urbanisasi masyarakat, akan berhasil instant dihadirkan?
Terlebih, semua prosesnya juga berpotensi mengancam lahan-lahan produktif, terutama area hutan yang memiliki nilai ekologis penting bagi lingkungan, untuk dikorbankan.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN bak bukti ketegasan Pemerintah, dalam membangun IKN Nusantara sebagai kota yang cerdas, hijau dan berkelanjutan, itu harus berhasil diwujudkan.
Jika menengok perencanaan IKN, dari luasan 256,142 Ha, hanya 56.180 Ha saja yang menjadi kawasan kota, dan 50% dari luas itu adalah ruang terbuka hijau, yang dilengkapi dengan desain bangunan berkonstruksi ramah lingkungan.
Dan pada akhirnya di 2045 mendatang, IKN Nusantara digadang-gadang akan masuk kedalam 10 besar kota paling layak huni di dunia, dengan tingkat kemiskinan 0%. Mampukah?
Kota Balikpapan, mampukan IKN Nusantara menjadi Livable City Masa depan itu!
Pasca ditemukan sumur minyak di tahun 1879, siapa yang menyangka, jika Kota Balikpapan, yang dahulu sebuah perkampungan nelayan di tepi selat Makassar, mampu menjadi salah-satu pusat bisnis dan ekonomi di Indonesia?
Terlebih, di tahun 1907 Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) mendirikan kantornya di Balikpapan, dan berhasil mengundang banyak investor berdatangan memanjakan lapangan kerja, dan melahirkan karakteristik heterogenitas masyarakat Balikpapan, berkompetisi sehat menuai kesejahteraan mereka di sini.
Kini, buah pembangunan Balikpapan di 2020, terlihat jelas dari sisi infrastruktur, ekonomi dan juga iklim investasinya, yang terus berbanding lurus dengan tingginya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Balikpapan.
Dan menyisakan jumlah penduduk miskin 17,02 ribu jiwa di tahun 2020, atau 2,61% dari penduduk Balikpapan. Di tengah derap pembangunannya, Balikpapan juga berhasil mempertahankan porsi 38% wilayahnya sebagai kawasan hutan lindung.
Terpenting –lagi– bagaimana Balikpapan berhasil mengoptimalkan 21% luasan wilayahnya, sebagai spot-spot kawasan pemukiman yang bernilai liveable city.
Dan akhirnya akumulasi dari spot-spot kawasan Livable City berhasil menyanggupi satu demi satu standar livable city kota bagi Balikpapan.
Nah, status Livable City kota Balikpapan, pasti akan mudah juga memantik daerah penyangga IKN lainnya seperti Samarinda dan Bontang, agar memperjuangkan status Livable City itu, bukan?
Harapannya, terciptanya Livable City di daerah penyangga IKN, memudahkan mengantisipasi lonjakan urbanisasi ke IKN Nusantara, selama proses pengerjaanya hingga 2045 mendatang.
Mencermati bagaimana Sinar Mas Land Kembangkan Konsep Livable City di Balikpapan?
Ternyata Sinar Mas Land, pengembang ternama tanah air, sejak tahun 80-an sudah mengaplikasikan konsep pembangunan hunian Livable City di Balikpapan.
Setelah sukses pengembangan kawasan hunian Balikpapan Permai. Di tahun 1995, Sinar Mas Land menyulap kawasan hunian Balikpapan Baru seluas 150 Ha, sebagai hunian elit, dan pusat bisnis baru di kota Balikpapan.
Nah, Pendekatan konsep Livable City yang selalu dihadirkan Sinar Mas Land dalam pengembangan kawasan hunian itu, akan selalu menanamkan 4 pilar utamanya.
1. Live
Konsep ini berfokus pada penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan kawasan, yakni hunian layak, pusat perbelanjaan, ruang publik, akses jalan serta keamanan
2. Learn
Konsep mengacu pada penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan pendidikan, yakni sekolah formal dari dasar hingga Universitas.
3. Work
Konsep yang berfokus penyediaan sarana dan prasarana kebutuhan profesional dan lapangan kerja, seperti pusat perkantoran hingga area komersial.
4. Play
Konsep yang berfokus penyediaan sarana dan prasarana, mendukung kebutuhan emosional dan rekreasi masyarakat. Seperti terbangunnya pusat olah-raga, taman rekreasi, hingga pusat kuliner.
Nah, jika membandingkan 4 pilar Sinar Mas Land, dengan indikator-indikator MLCI di awal tulisan, tentu akan memberikan solusi dan esensi yang sama, bukan?
Grand City Balikpapan, metamorfosis inovasi Sinar Mas Land Kembangkan Konsep Livable City masa depan
Yakinlah, jika dinamika persepsi masyarakat atas standar Livable City, pastilah akan terus saja berkembang?
Terlebih terkini, hadir 5 isu permasalahan baru yang sedang trend, dijumpai di kehidupan masyarakat perkotaan, dan berpotensi menjadikan standar baru, melengkapi konsep pembangunan Livable City masa depan. Apa saja itu?
- Berkurangnya fungsi trotoar bagi pejalan kaki di perkotaan
- Ancaman bencana alam, yang hadir kapan saja
- Kemacetan yang kian parah
- Harga rumah yang semakin tinggi, dan kerap terjadi sengketa lahan perumahan bermasalah
- Minimnya keterlibatan warga kota dalam pembangunan daerah
Oleh sebab itu sejak 2012 Sinar Mas Land, menghadirkan Grand City Balikpapan yang berada di atas area 250 Ha, dan terletak di beranda kota Balikpapan.
Kehadiran Grand City Balikpapan, bak menjawab persepsi Livable City masyarakat perkotaan terkini barusan, lewat konsep pembangunan Livable City 4 pilar utamanya.
- Selain hunian, Grand City, mengerjakan jalan raya sepanjang 3 kilometer, dan lebar 32 meter yang membelah kawasan Grand City Balikpapan, dan menghubungkan jalan MT Haryono dengan KM 7 di jalan Soekarno-Hatta. Fasilitas umum ini, bermanfaat sebagai solusi kemacetan pada akses masuk kota Balikpapan, dari arah Samarinda.
- Di jalan raya Sinar Mas Land, juga terbangun pusat perbelanjaan, perkantoran, sekolah internasional, aneka rekreasi, olahraga dan kuliner, yang dekat sekali dengan kluster-kluster huniannya, dan menjadikan kawasan mandiri.
- Terdapat percabangan jalan. Kala melintasi kawasan hunian Grand City. Setiap cabang dibuat 6 lajur, dan terdapat jalur pedestrian, sepeda, dan median berupa taman serta pohon penyejuk.
- Grand City menyediakan area terbuka yang luas, oleh tumbuhan dan taman, danau buatan serta bendungan pengendali banjir (Bendali), memampukan kawasan memiliki fungsi ekologis, meredam bencana banjir.
- Terpenting, berbagai tipe unit rumah yang tersedia di 6 cluster Grand City, menjadikan celah bagi kelas status ekonomi manapun, mampu memiliki hunian di Grand City.
Nah, mengusung desain bangunan hunian bergaya urban modern minimalis, setiap ruangannya sudah dirancang tampil optimal, dan bernilai berkelanjutan.
Dan, hal itu menghadirkan fakta penting, jika banyak penghuni yang memiliki hunian Grand City tidak semata dijadikan tempat tinggal, melainkan melengkapi kebutuhan jangka panjang, berinvestasi menyambut hadirnya IKN Nusantara kelak.
Menemukan rahasia keberhasilan Sinar Mas Land Kembangkan Konsep Livable City di Balikpapan
Jika menyesapi tulisan ini, pada akhirnya kita mudah mendulang 3 konsep penting keberhasilan Sinar Mas Land menyajikan gemerlap livable city di Balikpapan, untuk bisa dicopy-paste oleh daerah lainya, bukan?
1. Hadirnya Inklusivitas daerah
Balikpapan selalu siap melayani para investor untuk ikut menggerakkan ekonomi daerah di segala bidang.
Dan memperlakukan kesetaraan bagi para pendatang, berkompetisi menemukan kesejahteraan di kota ini, lewat kepemilikan hunian layak di sana.
2. Hadirnya Good Governance daerah
Pengawasan Peraturan daerah Balikpapan terkait tata kota sangat tegas, terutama Perda yang berkaitan dengan isu-isu lingkungan.
Salah-satunya penegakkan Perwali Nomor 12 Tahun 2013, tentang penetapan Balikpapan bebas dari Tambang Batubara.
Hingga, penegakkan Perda PSU Nomor 5 tahun 2013 terkait penyediaan Fasilitas umum dan Fasilitas sosial bagi publik oleh para pengembang Properti yang hadir Balikpapan.
3. Karakteristik Heterogenitas warga daerah
Karakteristik heterogenitas warga Balikpapan yang solid, dan mudah memantik toleransi, yang ikut menghadirkan kedamaian.
Modal itu –minimal- menjadi sebuah jaminan sekaligus kolaborasi, menjalankan agenda pembangunan daerah dengan baik.
Nah, di 2019, lalu The Economist Intelligence Unit (EIU), mengeluarkan indikator menetapkan status kota layak hunian dunia.
- Aspek kesehatan, bagaimana ketersediaan kualitas pelayananan kesehatan baik
- Stabilitas keamanan, baik jaminan kejahatan, ancaman, teror dan konflik militer
- Stabilitas keamanan, baik jaminan kejahatan, ancaman, teror dan konflik militer
- Lingkungan dan budaya, meliputi iklim dan korupsi
- Pendidikan, hadirnya kualitas pendidikan baik yangs etara
- Infrastruktur, baik jalan ,transportasi umum,perumahan, air energi dan telekomunikasi.
Disadari atau tidak, Indikator-indikator global itu bak menyadarkan kita saja, jika standar atas konsep pembangunan Livable City memang akan terus berkembang saja setiap saat, mengikuti selera jaman.
Dan, kita pasti setuju, fakta itu jualah, yang akhirnya harus menjadikan daerah mampu menaikkan standar, dalam menjalankan konsep pembangunannya dari waktu ke waktu.
Dan bersama Tekad Sinar Mas Land kembangkan konsep Livable City, tentu akan terus mendorong standar kota layak huni, dan menghadirkan Trully Livable City masa depan.
Menemukan Livable City di Grand City Balikpapan
Sumber bacaan
- Profil Pembangunan Kota Balikpapan 2021-2020
- https://www.sinarmasland.com/id/
- Liputan di Lapangan