Lantas jika sudah cinta, kita bisa lekas mengandalkan Software Akuntasi Kledo, sebagai seorang Staff andalan pejuang cuan. Dan menularkan profesi pejuang cuan sebagai cita-cita baru generasi mendatang
“Kejarlah Cita-citamu setinggi langit“
Duh jika mengingat pepatah lawas itu, rasanya ingin mengajak ke masa lalu saja ya? Iya coba saja ingat-ingat sejenak, kala kita masih kecil dulu, kita lantang sekali berlomba mendamba cita-cita setinggi langit yang sama pulak. Yuk ngaku?
Satu diantaranya adalah kita ramai bercita-cita ingin menjadi seorang dokter lah, pilot lah atau –bahkan—bercita Presiden?
Mengingat itu, rasanya sudah menjejak sebuah mindset lawas, terhadap hadirnya idealisme yang tanpa sadar hadir dalam diri. Dan berhasil mengenyampingkan sisi-sisi logis untuk mewujudkannya.
Hal logis mendasar itu misalnya, tersediakah biaya pendidikan/keterampilan kita untuk menciptakan skill/kecerdasan sebagai modal wujudkan cita-cita tinggi tadi?
Namun ya namanya cita-cita tidak akan pernah salah sih, dan haruslah terus diperjuangkan lewat jalan apa saja, bukan? Hingga akhirnya perjuangan itu akan mampu mendukung kemandirian atas kehidupan kelak di masa depan.
Dalam konteks mewujudkan kemandirian masa depan itu, tentu akan memberikan banyak dimensi penafsiran. Terlebih jika konteks itu diletakkan pada fenomena yang kita rasakan saat ini.
Terutama hadirnya tren ketidaksesuaian angkatan kerja yang menjadi tantangan kita semua, guna mempertahankan cita-cita tadi, menjadikannya profesi masa depan kita kelak.
Nah, merujuk survei angkatan kerja nasional 2015, yang dikerjakan Lembaga Demografis Universitas Indonesia. Dalam survei itu menyebut, jika kehadiran tren ketidaksesuaian pekerjaan (vertical match) dengan tingkat pendidikan dan upah mencapai presentase 53.33%. Lantas terdapat pula ketidaksesuaian kualifikasi pekerjaan (Horizontal Match) dengan latar belakang pendidikan yang mencapai angka 60.52%.
Artinya, raihan cita-cita dalam mendukung kemandirian yang diimpikan di masa depan kita, tidaklah selalu berbanding lurus bukan?
Dan akhirnya kondisi itu akan memahamkan kepada diri kita, jika rasa idealisme saat ini akan mudah bersatu dengan hal-hal logis tadi.
Artinya? Akan ada sebuah tuntutan untuk bagaimana kita harus mampu menjadi pejuang cuan, membangun usaha-usaha kreatif sendiri, yang harus dipantik oleh latar belakang pendidikan yang kita punya.
Atau –malah— kita mampu menjadi pejuang cuan, dengan memaksimalkan kemampuan yang kita peroleh secara autodidiak? Lewat jalan, mau belajar apa saja yang mudah dipetik di sekitar kita, tanpa gengsi terhadap latar belakang pendidikan yang berbeda.
Baca selanjutnya, Klik nomor halaman ya!