Eh Gaes, Masih Berencana Kuliah Di Jawa? Atau Tetap Di Untan Saja?

Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit! Peribahasa itu bisa menjadi sebuah harapan orang tua, kala mereka bersemangat menguliahkan kita di Kampus Untan. Harapannya, tentu bisa membuat kita kerja enak plus gaji yang tinggi, kelak.

Ya meski Cita-cita tidak selalu dihubungkan dengan sebuah profesi pekerjaan sih, It’s debatable! Eh namun semakin tingkatannya naik, cita-cita yang disiapkan orang tua bisa saja menjadi hambar, tatkala rintangan dalam melanjutkan pendidikan banyak mengalami kendala, biaya atau juga minat belajar misalnya.

Namun bersukurlah, jika faktor tadi bukan alasan utama yang kalian rasakan saat berkuliah ya. Faktor lainnya tentu saja, realita yang nampak dari output dunia pendidikan kita yang biasa-biasa saja.

Indikator yang awam sekali dipakai adalah, tingginya angka pengangguran yang notabene adalah orang yang berpendidikan. Indikator ini memang bukan salah satu hal yang mendasar dan menjadi acuan sih, dan masih bisa dibantah berulang-ulang.

Misalnya, banyak saja kok malah para atasannya Direktur –bahkan- di suatu Perusahaan dipegang oleh mereka yang tidak bersekolah tinggi, atau bersekolah namun memiliki prestasi nilai IPK yang biasa-biasa saja!

Atau juga –malah- mereka hanya berkuliah di kampus yang berada di daerah, dan akhirnya mereka bisa sukses juga kok! Tidak mesti di berkuliah jauh-jauh di Pulau Jawa. 

Namun, intinya orangtua mana sih yang tidak mau menguliahkan anaknya pada tingkatan setinggi-tingginya? Terlebih menguliahkan mereka di kampus nasional yang dominan berada di pulau Jawa. Kuliah sudah semacam prestige saja sih.

Kuliah di kampus Perkotaan, di Pulau Jawa memang menyimpan tabir penting untuk diceritakan ya? Dan hal itu tentu saja bia menjadi renungan banyak kampus yang tersebar di daerah untuk bagaimana bisa sesukses dengan kampus-kampus di pulau Jawa jua kan?

Apalagi dengan otonomi daerah yang bisa menjadikan kampus daerah ‘hebat’ lewat suntikan APBD daerah, dan tentu bisa menjadi kapital penting bagi Kampus untuk terus berimproviasasi meracik rasa SDM yang ingin dihasilkan dan lekas diserap oleh daerah.

Realita selanjutnya toh, jika ketika lulus berkuliah di Jawa misalkan, para Sarjana tadi akan kembali dan berharap kerja di daerah masing-masing.

Lantas bagaimana nasib lulusan dari Kampus daerah?  Jika perusahaan dan instasi pemerintahan daerah masih silau dengan ketenaran nama kampus di pulau Jawa dan meng-anak emaskan mereka dalam setiap perekrutan pekerjaan?

Nah ini juga yang akan menjadi pekerjaan rumah banyak Kampus daerah, salah satunya Universitas Tanjungpura (Untan) di Pontianak.

Terutama bagaimana Untan menyiapkan SDM lulusannya untuk menjawab isu-isu  dunia kerja terutama bidang wirausaha, yang dikaitkan dengan alih tehnology yang –harus- diperkenalkan dalam setiap proses perkuliahannya di kampus?

Millenial dalam genggaman Siber!

Sekira di tahun 2000 aku juga pernah merasakan bangku perkuliahan di salah satu Kampus di pulau Kalimantan dan akhirnya lulus juga di 2004.

Selama mengenyam perkuliahan, -kebetulan- aku juga banyak terlibat dalam kegiatan Kemahasiswaan dan komunitas.

Dimana ujungnya aku berkesempatan untuk berinteraksi dengan mahasiswa asal Universitas di Pulau Jawa –mana saja- dalam banyak kegiatan kemahasiwaan. Jika ditanya, apa saja pembeda mendasar antara kami, bisa saja jawabannya nanti seolah-olah akan mewakili pembeda antara rasa Kampus daerah dan Kampus di Jawa sana kan? Ya anggap saja begitu!

Jawabannya, ya jelas-lah akan banyak berbicara pada hal Infrastruktur beserta fasilitas Kampus, dan juga SDM Mahasiswa yang lebih kreatif dan inovatif –mungkin sudah bibit unggul yang dibawa dari lahir ya?

Prestasi Mahasiwa Untan di Lomba Karya Tulis Mahasiwa 2019 I untan.ac.id

Dahulu lho, dalam berinteraksi saja misalnya, penerapan aplikasi modern macam penggunaan program microsoft Office menjadi andalan mereka untuk presentasi, beserta penggunaan bahasa asingnya, malah.

Bagi saya kedua hal tadi sudah meninggalkan aku jauh sekali. Jadi sadar sendiri sih, kenapa aku dahulu tidak mengasah keterampilan tadi secara mandiri ya? Karena ya memang penggunaan tehnology, -jujur- belum terbiasa dilakukan dalam proses perkuliahan kami dahulu di kampus daerah, terbalik dengan mereka yang gencar melakukannya.

Lalu soal SDM dosen pengajar, ya harus diakui pula, dimana dengan ekosistem kampus yang baik dan profesional,  tentu akan menghasilkan staff dosen pengajar yang profesional pula untuk bisa membagi waktunya.  

Karena seorang dosen juga akan banyak memiliki agenda di luar sana, yang terbungkus dalam nama tri darma perguruan tinggi kan? Yang sering disebut Mahasiswa sebagai project-luar. Istilah ini kelamaan bisa menjadi istilah negatif kan?

Sehingga jika para dosen –terasa- sulit membagi waktu antara waktu kuliah dan agenda di luar tadi, dan  bisa saja menjadi ancaman serius sih bagi terlaksananya perkuliahan yang ideal?  

Mahasiswa Untan Jura Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional I untan.ac.id

Ya meskipun dosen yang mengajar kampus di Jawa –banyak- juga yang ber tri-dharma, namun saya pikir, ekosistem kampus yang terbentuk di pulau jawa sudah jauh lebih baik. Nah yang saya mau katakan, tentu harus ada solusi atas masalah tadi.

Dimana salah satunya tehnologi bisa mejadi titik temu menyeimbangkan hak dan kewajiban Mahasiswa, dalam menuntut ilmu di setiap perkuliahan yang berkualitas dalam setiap wadah Kampus.

Dan ini pasti akan bisa menjadi catatan buat Kampus daerah, untuk bisa berintropeski diri dalam hal aplikasi tehonology –siber- yang dapat menjadi penghubung mahasiswa dan jua Dosen dalam setiap proses transfer ilmu di perkuliahan secara baik, dimana saja.

Itu poin yang amat terpenting jika berbicara pada titik mula penciptaan SDM daerah yang unggul  di kampus daerah, saya pikir.

Sebelum lanjut ke hal lain yang lebih kompleks sih, dan mungkin hal tadi di luar kapasitas saya yang hanya seorang mantan –mahasiswa-

Tantangan global masa depan!

Kampus selalu saja dikaitkan dengan sumber output SDM yang digadang-gadang bisa menggerakkan roda perekonomian dari berbagai sektor usaha  di masa depan.

Lewat kampus seyogyanya akan tercipta SDM dengan spesifikasi keahlian yang ditempa lewat Program Studi (Prodi) di Fakultasnya. Semakin banyak pilihan Prodi yang bisa dipilih dan bisa lekas diserap dunia kerja, tentu saja akan menjadi referensi Millineal yang ingin meneruskan kuliah di Kampus itu.

Jika proses tadi berhasil, tentu akan berujung pada derasnya perputaran roda perekonomian suatu daerah pula, yang akan meroketkan nilai pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Infografis pertumbuhan ekonomi vs kualiitas pendidikan
katadata.co.id

Pak Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan, pernah mengatakan jika –benar- ada korelasi antara kualitas pendidikan yang akan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Namun untuk menciptakan hal tadi tentu tidak mudah, karena Universitas sebagai wadah penghasil SDM juga memiliki tantangan yang serius kan? Di masa yang akan datang, lihatlah Disrupsi robot dan sistem AL (artificial intelegance)  didunia kerja akan semakin massive saja.

Dengan  kenyataan itu, tentu saja akan mengancam pekerjaan dan menghasilkan pekerjaan baru. Dari fenomena ini diramal akan memutuskan 6 juta pekerjaan lama, dan menghasilkan 24 jenis pekerjaan baru.

Infografis disrupsi robot
katadat.co.id

Dimana pekerjaan yang mengandalkan kerja phisik akan rentan hilang, dan pekerjaan yang berkaitan manajemen SDM akan tetap survive.

Nah dari fakta ini tentu saja, memacu Kampus untuk bisa menyesuaikan Prodi dan menciptakan SDM yang rentan terserap dalam pasar industri mendatang.

Tentu saja semuanya akan berkiblat pada penerapan aplikasi Tehnology atau siber pada masa mendatang. Siap belum?

Kampus Siber?

Dalam prosesnya, semua kampus akan berusaha mensejajarkan diri untuk menjadi yang terbaik –bahkan-, dan akhirnya akan menjadi referensi bagi Millenial, terutama yang berada di daerah. Kampus Siber adalah istilah yang menjadi daya upaya Perguruan tinggi untuk menjadikan tehnologi informasi sebagai basis mereka.

Penerapannya sangat komplek, mulai sistem perkuliahan, penerapan kurikulum, pelayanan, fasilitas dan juga sarana prasarana kampus lainnya. Semuanya dikembangkan dan disediakan dalam sistem yang berbasis tehnology digital atau siber.

Untan membangun ekosistem digital menuju cyber university
untan.ac.id

Aplikasinya sangat mudah dilihat, apakah dalam setiap perkuliahan, dosen menggunakan tool untuk mentransfer  ilmu kepada Mahasiswa. Hal yang paling sederhana adalah penggunaan bahan presentasi semacam software Microsoft Power Poin –misalnya- dalam setiap tatap muka.

Dan jua dapat menghadirkan bumbu perkuliahan yang menyenangkan, santai dan dua arah. Lainnya, bisa kita lihat dari penyediaan Website kampus yang menyediakan banyak informasi seputar transparasi, program dan kinerja kampus tadi. Sehingga proses akademik dan administratif terus bisa berjalan tanpa batasan ruang dan waktu.

Contoh sederhana adalah input KRS yang kini –harus- bisa secara online! Dan juga mahasisiwa bisa mengakses KHS dimana saja. Tidak itu saja, pembayaran uang semester juga dimudahkan dengan sistem online.

Dan terpenting dari usaha menuju Kampus Siber ini adalah menerapkan e-learning dalam hal perkuliahan. Ujungnya materi perkuliahan dan tugas-tugas bisa diakses dan dikerjakan dengan mudah dan cepat di mana saja.

Utamanya lagi dengan e-learning bisa memberikan dorongan Mahasiswa untuk mengembangkan skill verbalnya. Namun tentu saja, semua akan balik lagi kepada istilah ketersediaan Infrastruktur kampus yang memadai kan?

Namun saya yakin sekali sih, dengan otonomi kampus tentu bisa lebih leluasa bagi Civitas akademika dalam terus berkreasi  dan menjadikan Kampus daerah mereka lebih baik lagi. Tentunya dengan mempersiapkan Kampus daerah sebagai Kampus Siber.

Kampus daerah menuju kampus siber!

Covid-19, yang meraja di Tahun 2020 ini, sangat menyengat bagi perbaikan kualitas pendidikan tinggi kita kan? Lihat saja, perkuliahan –terpaksa- untuk sementara diliburkan, dan diganti dengan e-learning!

Saya pikir momen ini adalah proses reset pada sistem pendidikan semua Kampus di Indonesia, baik di jawa dan di daerah Nusantara.

Artinya,, saat ini seolah proses perkuliahan kita disejajarkan, parameternya lihat saja dengan penerapaan aplikasi tehnology tatap muka online/e-learning. Dan ujungnya diharapkan Kampus di Nusantara jua harus bisa melakukannya!

Artinya lagi, sistem ini bakal menjadi solusi terhadap perbaikan kualitas pendidikan di daerah.

Dimana adanya jaminan perkuliahan tatap muka antar mahasiswa dan dosennya dimanapun mereka agar bisa tetap berjalan. Terlebih bagi dosen yang sibuk dengan tri-dharmanya tadi kan?

Sehingga keseimbangan hak dan kewajiban Mahasiwa di kampus tercapai dan menjadi awal yang baik bagi terciptanya SDM yang kita impikan bersama itu.

Untan membangun ekosistem digital menuju cyber university
Perpustakaan Untan I untan.ac.id

Infrastruktur bangunan kampus memang perlu, namun bukan mutlak dipenuhi. Utamanya ya tentu tersedianya fasilitas ketersediaan akses tehnology dalam menunjang perkulihahan tadi.

Dan bisa menjadi penanda dalam usaha Kampus di daerah menuju Universitas siber  yang sangat diharapkan saat ini, terlebih di masa yang akan datang!

Bersama Untan, Membangun ekosistem digital menuju Universitas siber itu!

Ah, kata daerah sering kali diartikan sebagai istilah keterbelakangan kan? Utamanya jika diasumsikan daerah Kalimantan?

Namun dari apa yang kita bahas di atas, sudah bisa memberikan suatu gambaran untuk saat ini, jika kampus daerah kini juga sedang berbenah untuk menuju yang terbaik. Utamanya mencapai predikat Kampus siber yang menjadi tuntutan Millenial saat ini.

Sudah tahu belum? Jika Universitas Tanjugpura (Untan)  yang berada di Pontianak itu, kini tengah  menuju puncak dalam pencapaainnya menuju  universitas siber yang kita sudah singgung di atas.

Untan membangun ekosistem digital menuju cyber university
Gedung Fakultas Kedokteran Untan I untan.ac.id

Buktinya, -update hingga, Sabtu (25/4)- dengan jumlah Mahasiswa 31509, 1011 dosen yang tersebar di 95 Prodi 9 Fakultas, di Tahun 2019, Untan sudah mendapat peringkat Akredetasi Institusi A dari BAN-PT.

Ini prestasi yang bisa dibanggakan, dimana ternyata ada kok kampus di daerah juga bisa menduduki predikat Kampus  seperti di pulau Jawa.

Rektor Untan Prof Dr Garuda Wiko SH, M.Si, mengatakan jika dalam mendapatkan predikat terbaik itu sudah dilakukan penataan dan penerapan kurukulum berbasis kompetensi (KBK) pada semua Prodi, di program sarjana, diploma, magister hingga program doktor.

Nah untuk membuktikannya tentu saja, salah satunya kita bisa mengakses Website Untan dengan mudah. Sudah dibuka webnya? Yuk kita buktikan! Nah disana tersaji banyak informasi kan? Dan dengannya bisa saja menjadikan semua kegiatan Civitas Akademika kampus lebih mudah dengan penerapan Tehnology online tadi!

Untan membangun ekosistem digital menuju cyber university
ilustrasi I untan.ac.id

Di sana juga terlampir banyak sekali prestasi yang dibukukan Untan dalam program Tri-darma mereka ke masyarakat oleh para Dosen. Jadi memang bukan main-main project luar yang dosen yang sempat kita bahas kan? Dan juga hasil prestasi Mahasisiwa itu sendiri.

Dan dalam laman web juga akan memanjakan millineal untuk melakukan penelusuran 95 Prodi yang menjadi minat bakat mereka, dan terhubung dengan layanan pendaftarannya sekaligus untuk lekas berkuliah di Untan.

Nah akhirnya dalam lahirnya situs tadi, banyak memberikan kemudahan dimana semua civitas akademika Untan bisa tersambung dalam jaringan yang sama. Apa saja itu yok?

1. Sistem informasi akademik (SIAKAD) bagi Mahasiswa

Dengan sistem itu, mahasiswa jadi mudah memasukkan KRS dan mengakses KHS dengan bantuan login account berdasarkan NIM mereka. Selebihnya, mahasiswa Untan akan bisa meilhat modul kuliah beserta jadwal perkuliahan secara online, dan update jika terjadi perubahan apa saja.

Untan membangun ekosistem digital menuju cyber university
untan.ac.id

2. E-learning,

Jadi sistem ini sangat berguna sekali, dimana Mahasiswa berhalangan ikut dalam perkuliahan offline. Dengan sekali tekan login account mereka, dan mengaktifkan mata kuliah yang diambil, dosen akan melakukan perkuliahan secara online.

3. Portal jurnal dan e-library

Ini juga sangat penting bagi menambah wawasan Mahassiwa. Lewat sistem ini mahasiwia hanya duduk santai sembari mengusap ponselnya dalam mencari jurnal penelitian yang bisa membantu dalam tugas kuliah dan peneliatan jua.

Untan membangun ekosistem digital menuju cyber university
untan.ac.id

4. Dosen juga diberi akses penuh berupa Sistem Akademik (SIAKAD) khusus buat Dosen.

Dengan sekali login menggunakan NIK dan paswordnya, sang dosen bisa melihat real kondisi mahasiswa, baik berupa absensi dan presensinya, serta melakukan input nilai kepada Mahasiswanya.

Terakhir, ada e-learning, e-library dan juga jurnal ilmiah yang dikhususkan buat Dosen. sehingga tercipta proses pembelajaran lagi, dalam upaya refreshing modul pembelajaran yang update yang menawarkan rasa perkuliahan yang diminati Mahasiswa tanpa menghilangkan esensi dari ilmu mata kuliah sendiri.

Ah rasa-rasanya laman Website Untan, sudah bisa menjawab kebutuhan penyiapan pembangunan ekosistem digital menuju universitas siber yang kita bahas panjang lebar di atas kan?

Jadi apakah Millenial masih tetap ingin berkuliah di Jawa, atau tetap saja di daerah dan memilih Universitas Tanjungpura untuk mewujudkan cita-cita di masa depan nanti? Yuk, siapa takut!

By Alfian Arbi

Photo cover Ilustrasi I By Pexel.com

Tiga Artikel Wadai paling Populer, Yuk Klik-in!

error: Content is protected !!