Mensesapi manfaat asuransi yang sesuai dengan kebutuhan kita, tentu akan mengembalikan kembali filosofi berasuransi yang sebenarnya dalam diri kita. Siapkah kita memiliki dua asuransi atau lebih?
Sepucuk surat di awal February 2021, tepat berada di tanganku. Surat itu bukan surat cinta, melainkan surat rujukan dari dokter spesialis mata, yang memintaku lekas melakukan bedah mata, tepatnya di bagian mata kiriku ini.
Sekira dua tahunan, aku memang rutin menjalani rawat jalan pengobatan mata kiri, akibat hadirnya kelainan saraf, yang menyebabkan gejala Strambismus.
Pengobatan rawat jalan intens sudah dilakukan tiap bulan. Namun hanya melulu diberikan terapi obat, vitamin, dan kacamata bantu, yang belum jua menuai hasil maksimal. Tapi ya bersyukur, belum begitu menggangu aktivitasku sih.
Nah, surat rujukan tadi bermaksud memintaku, bersiap melanjutkan pengobatan di RS mata yang ada di pulau Jawa. Dan baru kutahu kehadiran surat rujukan itu, karena RS Mata se-antero Kalimantan, belum memiliki SDM dokter spesialis saraf mata khusus yang mampu menanganinya.
Permasalahannya lantas menjalar kepada masalah lain? Bagaimana, mengenai biaya pembedahan mata berkisar puluhan juta itu. Dan juga biaya akomodasi ketika berada di sana nanti, agar tidak bolak-balik lagi pulang ke daerah domisili di Samarinda.
Terlebih kondisinya pada saat itu bertepatan dengan hangatnya masa-masa Pandemi, lewat kebijakan pengetatan keluar-masuk daerah, guna mencegah penularan covid-19. Duh, jadi berliku nan menantang ya proses menggapai sehat itu?
Namun di April 2021, kebetulan aku memiliki keperluan pekerjaan di Kota Jogyakarta. Aku lantas beranikan diri menghantar sepucuk surat itu, ke salah-satu RS mata yang direkomendasikan di sana. Maksudnya sekalian sajalah, biar hemat ongkos akomodasinya.
Keberanian untuk pembedahan mata lewat perlakuan bius total itu bukan tanpa alasan, selain utamanya agar mataku berfungsi normal lagi.
Namun paling penting adalah hadirnya kemudahan, yakni gratis biaya pembedahan, rawat inap RS, biaya kontrol paska operasi, yang semuanya mampu dimanja fasilitas dua Asuransi milikku ini.
Ah hal itu sudah rahasia umum kan? Bagi nasabah asuransi kesehatan, fasilitas ‘gratisan’ layak dinikmati, ketika berobat?
Namun pada saat itu, ternyata, asuransi swasta yang aku handalkan tidak bekerjasama untuk melayani Cashless di RS yang aku tuju, hanya melayani rembes atas manfaat Asuransi.
Tapi tenang masih aman, aku masih memiliki asuransi umum, iya asuransi BPJS, yang mampu menalangi semua biaya tadi, ya bisa dengan Cashless.
Dan beruntungnya, biaya puluhan juta tadi masuk dalam coverage manfaat BPJS. Aku hanya nombok untuk membayar selisihnya, karena aku menggunakan kamar VIP, bukan di kelas 1 sesuai jatah fasilitas BPJS-nya.
Ah, namun paling penting lagi bagiku adalah, operasi mata kiriku berjalan lancar, dan membuat mataku berfungsi normal lagi. Alhamdullilah deh.
Lanjut baca, klik halaman selanjutnya ya!