#social healing
Pagi itu, terik Matahari cerah, menyiram kampung atas laut, di kawasan Teluk Betung, Bandar Lampung. Puluhan masyarakat Nelayan Teluk Betung, bergegas menuju titik kumpul, yang tak jauh dari pemukiman mereka.
Titik kumpul masyarakat Teluk Betung ternyata adalah sebuah titik transisi, yang merupakan jalan setapak tandus, yang sering menjadi target hempasan arus laut, kala air laut pasang.
Jujur saja, sudah lama titik kumpul itu, berupa hamparan jalan sempit tadi, sudah menjadi tempat peraduan mereka, yang menghubungkan dua alam, dari laut menuju daratan, dan sebaliknya.
Nah, menyimak gambaran itu dalam-dalam, membuat kita mudah menebak dan mengerti. Jika ternyata, meski bermukim di atas laut, para nelayan Teluk Betung juga mendamba hadirnya sebuah infrastruktur, berupa akses jalan darat yang layak, bukan?
Tapi tenang, sifat ringan tangan, dan aktivitas bergotong-royong mereka masih bisa menjadi andalan untuk merawat, memanja struktur tanah jalan itu, agar tetap padat, sekaligus menjamin kebersihan jalannya, dari rayapan rumput liar, kapan saja.
Namun sayang pula, sang waktu memang tidak bisa dilarang untuk menggerus kelayakan hamparan jalan harapan mereka tadi, kapan saja. Namun akankah kita hanya meratapinya saja?
Nah, jika bertanya kepada mereka, bagaimana solusi terbaik atas harapan-harapan mereka saat ini?
Tentulah jawabnya menjadi sederhana, yakni hadirnya peran Pemerintah, mewujudkan pemerataan pembangunan lewat aksi nyata semenisasi di jalan tadi, titik.
Jawaban atas pertanyaan itu lantas bisa menjalar kepada masalah-masalah pembiayaan, atas penyediaan material semenisasi-nya, sekaligus biaya pembangunannya, yang kesemuanya itu mungkin belum tersedia, atau belum menjadi prioritas?
Namun bersyukurlah, pagi itu, masih di titik kumpul jalan yang sama, semangat gotong-royong mereka membuncah ria, bergema keras dari kawasan pemukiman mereka, yang terletak di jalan Teluk Bone, RT 07/RW 02, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung, Bandar Lampung.
Meski berjumlah puluhan warga saja. Mereka terlihat saling bahu-membahu memukul kerasnya batu padas, bekerja keras mengaduk adonan semen dan pasir, merekatkan satuan-satuan blok paving, lantas menghamparkannya di sepanjang jalan berukuran kurang dari 100 meter-an itu.
Dan yang tak mau kalah jua, para istri yang terus siaga menyediakan perbekalan makanan dan minuman ringan, meyakinkan energi dan semangat gotong royong warga tidak boleh punah, hanya karena sengatan mentari pagi itu.
Di akhir pembangunan jalan, anak-anak mengambil gilirannya, ber-manja-ria menggoreskan warna-warni cat berwarna merah dan biru di sepanjang hamparan pembangunan jalan paving mereka tadi.
Sehingga menjadikan pemandangan di titik kumpul berupa jalan paving, menjadi indah di pandang mata.
Duh, melihatnya, sudah meyakinkan kita jika mewujudkan bahagia itu terlihat menjadi sangat sederhana, bukan?
Lantas, meresapi semangat mereka tadi, kita bisa mencecap sebuah rasa? Jika aktivitas gotong-royong sebagai entitas masyarakat Indonesia dahulu dan kini, senantiasa akan mampu bergelora kapan saja, melayani aktivitas pembangunan apa saja, bukan?
Nah, tinggal bagaimana kita menemukan langkah improvisasi atas aktivitas gotong royong tadi, untuk mencipta langkah kolaborasi selanjutnya?
Dan akhirnya lewat langkah improvisasi itu jualah, solusi terkait permasalahan pembiayaan pembangunan jalan kampung masyarakat Teluk Betung bisa terpikul bersama-sama.
Dimana sisi biaya pembangunan jalan, mampu masyarakat Teluk Betung pikul secara sukarela, lewat bergotong royong. Sedangkan sisi pembiayaan material bangunan didapat dari donasi komunitas anak bangsa yang peduli akan pemerataan pembangunan bangsa.
Pemandangan itu rasanya –sekali lagi– memberikan visual kolaborasi nan apik mencipta wujud program social healing di tengah masyarakat, bukan?
Nah, selanjutnya, siapkah diri kita untuk berperan nyata jua, menyumbangkan kolaborasi apik tadi, dan turut mencipta social healing di sekitar kehidupan nyata kita sendiri?
Dan pertanyaan ini sepertinya memang aku, kamu atau kita semua harus menjawabnya sekarang, bukan nanti!
Perwujudan Social Healing, tidak boleh hanya di Teluk Betung saja?
Nah, jika menjenguk kehidupan modern di kota-kota besar dewasa ini, Infrastruktur jalan sudah menjadi aktivitas pembangunan massif di pelosok Nusantara, bukan?
Terlebih kebijakan Pemerintahan yang terus menggenjot pemerataan Pembangunan lewat Infratrukur jalan Tol, salah satunya.
Menjenguk target Kementrian PUPR saja misalnya, hingga 2024 terus berupaya menyempurnakan infrastruktur jalan tol sepanjang 4.817 KM, menggenapi pembangunan jalan tol yang digaungkan sejak 1978.
Sedangkan, target Pemerintah 2020-2024 sendiri akan membangun jalan tol sepanjang 2308 KM, di sepanjang jalur-jalur strategis pelosok Nusantara.
Target Infrastruktur jalan hingga 2024
Nah, menggebunya pembangunan infrastruktur itu, tentu saja menuai harapan masyarakat di pelosok Nusantara jua, untuk juga mendamba jatah pembangunan yang menelan biaya pembangunan yang melimpah? Adilkan?
Namun dalam kenyataannya, biaya pembangunan infrastruktur pastilah terbatas untuk mampu disalurkan serentak dalam satu waktu, di pelosok wilayah.
Terlebih hantaman badai pandemi saat ini, turut memberikan efek terhadap pendapatan negara, dalam membiayai penyelesaian target pembangunan infrastruktur yang ada.
Oleh sebab itu, potret masyarakat di teluk Betung Bandar Lampung, akan menjadi potret nyata yang wajar kita temukan jua di depan mata kita, bukan?
Dimana, infrastruktur jalan di kampung-kampung masyarakat pelosok, juga amat penting dibangun, untuk bisa memberikan akses positif menunjang aktivitas harian mereka.
Sekaligus memberikan terapi social healing, yang akan mampu memercikan energi baru, pada konteks-konteks menggerakkan sisi-sisi sosial ekonomi masyarakat berupa gerakan UMKM.
Sampai di titik ini, kita sudah mampu memantaskan istilah kolaborasi, menjadi sebuah kata yang harus terus saja diulang-ulang, agar memampukan kita, berpraktik mudah mewujudkannya?
Dan akhirnya akan mampu jua mengajak lingkungan kita, menjadi bagian komunitas anak bangsa itu, yang peduli akan pemerataan pembangunan pelosok Nusantara.
Sekaligus mampu menjadi mitra Pemerintah, mengalirkan dan mewujudkan pemerataan Pembanguanan Infrastuktur, yang gencar dimulai beberapa tahun terakhir ini.
Ternyata atas kemauan kuat itulah, program-programn social healing, lewat pendampingan-pendampingan pembangunan fasilitas umum di tengah masyarakat, ternyata sudah dan sedang berkembang tidak hanya di Teluk Betung, Bandar Lampung saja.
Wujud program social healing dari item perbaikan jalan kampung-kampung dan fasilitas umum, sudah pula dirasakan oleh masyarakat di kawasan lainnya.
Hadir warga Jl Bintara II, kecamatan Sukarame, Bandar Lampung, misalnya. Adapula Masyarakat Kampung Kedaton, Lampung. Lantas Warga Desa Lancang Kuning, Kepulauan Bintan. Hingga warga Desa Muara Batu, Sumsel.
Nah, paling tidak lima titik simpul masyarakat tadi sudah menjadi starter dan merasakan manfaat akses jalan kampung, dan berhasil menjadi social healing penunjang aktivitas mereka.
Dan ternyata, jika dihitung sudah terdapat 520 desa/kelurahan yang menjadi titik simpul program social healing, dan tersebar di 8 provinsi di Pulau Sumatra. Titik program tersebut meliputi area Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Riau, Kepulauan Riau hingga Sumatra Utara.
Jadi bertanya kapan lingkungan kita akan tersentuh program social healing ini nantinya? Dan jawaban atas pertanyaan itu sebenarnya akan kembali, dan tergantung dari keputusan dari dalam diri kita hari ini.
Dimana apakah kita siap berkolaborasi via aksi gotong royong sebagai entitas bangsa secara sunguh-sungguh? Dan menjadi bagian anak bangsa yang peduli akan hal itu?
E-troopers, sebuah jawaban perwujudan social healing kini dan nanti?
“Alhamdulliah, yayasan Erick Thohir, telah membangun sarana social healing yang tersebar di beberapa titik di Sumatra. Yayasan Erick Thohir didiirikan karena saya percaya, apa yang dititipkan Allah SWT pada kita, harus mampu membawa kebaikan untuk orang lain. Ini seperti pesan almarhum bapak saya. Yayasan ini adalah persembahan seorang anak untuk Ayahnya. Tolong rawat dan jaga sarana yang telah kita bangun bersama di Sumatra. Isi seluruh tiitk dengan aktivitas yang merekatkan silahturahmi dan menjaga budaya gotong royong. Insya Allah dari lingkungan yang guyub dan saling menjaga, akan lahir generasi yang berkualitas dan membawa kebanggaan” Eric Thohir, dalam akun instagram, Sabtu (12/02/2022)
Menjawab pertanyaan yang tersemat di awal tulisan, tentang bagaimana kesiapan kita menyumbangkan kolaborasi apik mencipta social healing di sekitar kita, lantas menjadi mudah menjawabnya kan? Jika kita perlahan-lahan mampu mensesapi pernyataan di atas.
Dimana pernyataan sikap sosok Eric Thohir, sang menteri BUMN sekaligus ketua yayasan Eric Thohir sudah memberikan banyak inspirasi baru kepada kita semua, untuk bisa menjadi manfaat dalam sircle kehidupan kita sendiri.
Artinya jika kita mau, dan memiliki satu niatan guna mengalirkan social healing ke pelosok Nusantara, mestinya kita mampu berkolaborasi gotong royong lebih massif lagi, untuk mewujudkannya.
E-Troopers merupakan komunitas anak bangsa yang kini tengah memperjuangkan pemerataan pembangunan, lewat aksi memasifkan kembali hasrat gotong royong, untuk mewujudkan fasiltas umum yang mampu menjadi terapi program social healing di tengah masyarakat, kini dan selamanya.
Dimana Social Healing di masa new normal ini, diharapkan akan berperan aktif, ikut membangkitkan dimensi ekonomi, sosial budaya masyarakat secara luas.
Dan intinya social healing juga akan mampu mempertahankan aksi-aksi gotong royong di tengah masyarakat, menularkan susana guyub dan memperkuat persatuan di tempat tinggal mereka.
Nah, akhirnya terjawab! Menjadi bagian E-Troopers menjadi salah satu jawaban kita, sandaran baru semua, untuk mampu bersama-sama berkolaborasi, merasakan, menularkan sekaligus mewujudkan social healing di pelosok Nusantara itu kan?
Pertanyaan pamungkasnya adalah, siapkah kita bergelora dalam satu barisan E-Troopers, dan menjadikan kolaborasi utuh, menjadi sebuah kekuatan baru wujudkan perubahan kehidupan kita yang lebih baik?
Yuk mari kita mulai dari sekarang!