BerIndiHome, Berkonten Ria Rp 0, Bercuan Manfaat Tanpa Batas. Bisa!

Telkom Indonesia internet provider IndiHome

Setelah Wisuda nanti, akankah diriku bisa lekas bekerja dengan layak ya?”

Pikiranku membuncah di semester akhir kuliah, di tahun 2006 lampau. Aku seketika sadar, apakah dengan hanya menggenggam selembar ijazah Sarjana nanti, aku bisa menantang kerasnya dunia nyata, mengisi slot lapangan pekerjaan yang makin sesak itu?

Logikaku pun mudah menjawab, ternyata –masih— sulit, Saudara! Terlebih, jurusan kuliah yang kuambil berpotensi memilihkan profesi pekerjaan yang kebanyakan hadir di pinggiran daerah saja.

Dan paling maksimal perjuangan meraih profesi yang pantas itu adalah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Ah, tapi lagi-lagi itupun juga masih sangat sulit dikerjakan, berangkat dari silsilahku sebagai rakyat jelata tak berada, dan juga hanya berbekal dengan nilai IPK-ku yang pas-pas-an. Aku bukanlah siapa-siapa!

Namun, selama menjalani kuliah, aku memang suka sekali ber-travelling ke kantung-kantung daerah masyarakat marginal, mengeksekusi misi advokasi tentang isu lingkungan terkini, ya ikut bersama program Non Government Organisation (NGO) yang beroperasi di Kalimantan Timur.

Dan baru aku sadari, jika pengalaman itu ternyata memberikanku skill lain di luar latar belakang pendidikan yang kudapat di bangku kuliah.

Aku terlihat lihai sekali mendokumentasikan hal penting, membubuhkan ragam kata ke dalamnya, untuk diperlihatkan, diperdengarkan dan dibaca oleh dunia tentang apa yang terjadi di sana.

Wisuda akhirnya tiba. Pengalaman itu ternyata berhasil melekatkan erat hobi menulisku. Dan –malah—berhasil pula mengantarkanku menjadi seorang Jurnalis di salah-satu media cetak, anak perusahaan media Kompas-Gramedia, di Balikpapan. Duh, apakah hal itu sebuah kebetulan saja ya?

Hemmm,.. namun semakin kemari, setelah mengamati hasil Survei Angkatan Kerja 2015 oleh Lembaga Demografis Universitas Indonesia, menyebut tren ketidakcocokan latarbelakang pekerja dengan profesinya di Indonesia sudah mencapai angka 60.52%.

Tuhkan, ternyata aku tidak sendirian, untuk bekerja yang tidak sesuai latarbelakang pendidikan itu?

Artinya, kehadiran writing-industri ternyata sudah menjadikan salah-satu harapan jua? Ya sebuah profesi, yang mudah saja mengenyampingkan latar-belakang pendidikan yang kita raih itu, bukan?

Dan hal itu potensial juga, untuk dijadikan celah bagi setiap para lulusan baru untuk mampu menggenggamnya. Iyes, celah yang memampukan aku dan genarasi Z ber-IndiHome, berkonten ria dengan –hanya– modal Rp 0, dan bercuan manfaat tanpa batas itu!

Mari kutunjukkan saja bagaimana bisa wujudkannya!

Wajarkah menggantungkan cita-cita, menjadi konten writer saja?

Jenuh itu –memang– berpotensi menjadi penyakit kronis dalam aktivitas menulis, terlebih menjalani liputan berita, yang setiap saat berasa itu-itu saja. Hal itulah yang pernah menjangkitiku kala menjalani profesi Jurnalis saat itu.

Oleh sebab itu, aku sempat berpindah karir ke dunia kerja, di sektor pertambangan Batu Bara selama 7 tahunan. Meski, akhirnya tahun 2017, aku lantas memutuskan untuk pensiun dini menginjak usia 30-an.

Nah, semenjak itu, aku mulai mengamati celah yang sudah kusinggung di awal tulisan, Ya, celah yang dapat kujadikan sebuah profesi baru, memeriahkan writing-industri sebagai konten-writer dan Blogger. Sekaligus memampukan diri menjaring manfaat cuannya yang tanpa batas itu! Rasanya ya I am back home saja!

Digital nomad, sebuah usaha alih karir, dan siap ganti profesi bersama arkademi tahun ini
Digital nomad, sebuah usaha alih karir, dan siap ganti profesi bersama arkademi tahun ini

Selain menjadi admin untuk mengurus beberapa Blog aktif, yang memanja personal-brandingku sendiri. Aku juga berhasil menjadi pemasok konten-konten tulisan di media-online lainnya, termasuk konten tulisan mengenai isu-isu politik terkini yang berhembus di daerah. Dan terus fokus mendalami teknik penulisan SEO, yang diminati banyak pelaku UMKM daerah.

Dan, beruntung, di saat yang bersamaan, hadir di pikiranku jua, bagaimana aktivitasku harus kujadikan sebuah virus baru, bagi generasi muda untuk mampu melepaskan semua ide-kreasinya dalam bentuk tulisan dari sebuah blog-website pribadi mereka.

Dan selanjutnya, akan memampukan mereka pula, mengkonversikannya ke dalam bentuk materi yang jua berharga. Ini bak added-value dari aktivitasku sebagai konten-writer itu, bukan?

Ya meski kusadari, jika di awal 2018-an, diriku sebenarnya belum yakin, jika generasi Z yang berada di daerah domisiliku, akan massif untuk mau dan mampu berkonten ria merangkai kata, guna meraih cuan tanpa batas, lewat Blog mereka sendiri.

Ilustrasi profesi yang disediakan oleh Writing Industri

Karena, ya alasannya sederhana, bukankah kini banyak Platform lain, yang bisa menyajikan kualitas konten audio-vidio jauh lebih cuan, menarik nan menggoda untuk dapat mereka pilih?

Ah, template-profesi sebagai konten kreator macam Youtuber, TikTokers, dan Selebgram memang sungguh menggoda! Namun percayalah, menjadi seorang Blogger pastilah lebih menawan! Hiks…

Nah, bagiku mereguk pengalaman-pengalaman ini, akan mudah sekali menjadi sebuah sosial-experiment bagi diri sendiri, guna menumbuhkan ide kreatif menulis itu untuk dibagikan kembali.

Salah-satunya, adalah pengalaman itu akan menjadikan sebuah ide tulisan yang mengandalkan dan mempertajam konten tulisan tutorial yang banyak digandrungi para pembaca.

Coba saja deh, memperkaya model tulisan turorial itu dari sekarang pasti mudah! Semisal saja, Tutorial memulai profesi konten writer.

Konten tulisan, sejatinya adalah passion idealisme generasi muda!

Masaku dahulu, dan masa kini bisa saja berbeda? Namun aku sangatlah yakin, jika semangat Mahasiswa kini, atas daya kritisnya akan tetap menyala.

Lihat saja, kala tenaga dan semangat mereka tak akan pernah lelah, berada di jalanan, menyuarakan idealisme mereka di sana, yang terlihat massif, dalam aktivitas Demonstrasi itu.

Oleh sebab itu, sebelum Pandemi menerjang, di awal 2020, aku  sempat memberikan kelas terakhir menulis bagi para Mahasiswa, yang juga menjadi sebuah paket jasa konten-writer itu, di berbagai Kampus di Kaltim.

Wokshop berkonten ria, penulisan konten writer di kampus Unmul I Dokpri

Karena hadir sebuah keyakinan, jika menulis sejatinya adalah skill dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap Mahasiswa, bukan?

Dan inginnya dari kegiatan itu, akan  mengajak ide segar mereka, serta semangat idealisme  Mahasiswa tertampung dan tersebar mudah dalam sebuah Blog pribadi, yang bisa dikerjakan hanya dari rumah saja.

Namun dalam perjalanannya, aktivitas pembelajaran dalam kelas itu, telah mencatatkan tiga hal penting, yang jujur ingin berkata, jika begitu beratnya ternyata berkonten ria, lewat tulisan di Blog itu ya? Nah apa saja catatan itu?

1. Bagaimana memulai ide konten menulis itu sih?

Hal ini menjadi pertanyaan default pemula? Meski, dalam prakteknya, memproduksi ide tulisan yang indah –memang—ya  tiada habisnya ya? Selalu saja berasa kurang sempurna, di mata orang lain.

Dan hal itu berhasil menjadi ganjalan para penulis pemula untuk memulainya. Padahal menulis, ya menulis sajalah. Bukankah hadir sebuah keyakinan kita, jika sebuah tulisan akan mempertemukan sendiri dengan pembacanya?

Namun tentu, akan ada sebuah proses yang hadir dari waktu ke waktu, dan akan menemukan jawabannya jua.

Oleh sebab itu, perlu sebuah praktek yang sungguh-sungguh, dengan mulai gemar membaca tulisan orang lain, serta mampu memperkaya vocabulary menulis, atas data dan fakta yang menjadi kekayaan sebuah sebuah konten tulisan kita.

2. Bagaimana efektivitas menulis di Blog?

Aktivitas nge-Blog bak pisau bermata dua? Dimana media Blog, bisa kita gunakan untuk melampiaskan ide segar lewat tulisan lugas nan kritis, tanpa hadirnya nilai komersil,  dan terkesan –memang– hanya  pencitraan semata. Atau, malah lewat Blog itu, kita bisa total mengkomersilkan semua konten tulisan kita, dengan materi berharga itu.

Meski, jalan untuk mengkolaborasikan keduanya, adalah sebuah keniscayaan juga dapat dilakukan, bukan?

Namun, ya pasti akan terdapat usaha keras untuk wujudkannya hal itu? Dimana muaranya, adalah faktor engagment yang dibuktikan oleh seberapa banyak pembaca blog kita,

Menganut hukum alam, dimana nanti dengan kualitas konten yang baik, harusnya hasil itu bisa berbanding lurus, memberikan benefit materi, atas massifnya pembaca yang berkunjung di Blog kita. Dan, cuannya, bisa kita petik perlahan dari Adsense atau konten Placement-nya.

Dan akhirnya –lagi– akumulasi dari benefit tadi, minmal akan mampu menutupi biaya operasional untuk memeliharan eksistensi sebuah Blog itu? Ya, apalagi kalau bukan membayar biaya sewa hosting dan domain kita.

Wah, mendengar kata dalam paragraf barusan terkait biaya, sepertinya semangat membangun Blog berpotensi akan mudah luntur ya bagi pemula? Dan berpotensi pula melemahkan langkah selanjutya. 

Padahal masih ada jalan lainnya, untuk menghadirkan Blog pribadi yang mampu menyisipkan konten tulisan kita, dengan media Blog hanya bermodal Rp 0 saja!

3. Bagaimana konsistensi dan memelihara kebermanfaatan konten Blog?

Nah, pertanyaan ketiga ini, akan lebih sukar jua dilalui oleh para Blogger! Termasuk diri ini. 

Ya bagaimana kita mampu konsisten menulis konten tulisan dengan tuntutan kebermanfaatan, dalam mencipta sifat evergreen tulisan yang membuat isi kontennya tidak gampang basi dibaca.

Dan percayalah, proses menulis dari waktu ke waktu, pasti akan mengenalkan dan  menemukan kita pada sebuah angle tulisan, dengan sisi kebermanfaatan itu!

Dimana, kritik atau ide segar yang tertuang dalam sebuah tulisan, akhirnya mampu jua menghadirkan sebuah added-value berupa solusi, untuk pembacanya. Ini mimpi bersama atas ending berkonten ria itu, bukan?

Nah, namun endingnya lagi, ketika diriku berhasil menimbang-nimbang ketiga catatan itu. Ternyata ya memang benar kurasakan, jika ketiganya berhasil memberikan efek jera bagi –kebanyakan—generasi muda untuk menjadi konten writer pemula.

OK. Baiklah, bagiku keputusan dominan para peserta kelas itu jera, tak akan, membuat dunia berakhir, bukan?

Dan malah membuatku tambah gemes, untuk berhasil menularkan ide kreatif, berkonten ria lewat tulisan, hanya bermodal Rp 0, yang bercuan manfaat tanpa batas itu!

Wikilatih, mengajarkan bagaimana berkonten ria dengan hanya Rp 0, dan bercuan itu nyata!

Di February 2023, aku terhubung dengan komunitas relawan Wikipedia yang sedang menyelenggarakan program Wikilatih di berbagai daerah, dan kebetulan hadir di Samarinda.

Pelatihan itu ya essensinya sama jua, ingin membangkitkan literasi anak muda dengan aktivitas menulis di kanal website wikipedia.org sebagai relawannya. Berarti ya kita se-frekuensi.

Kamu pasti kenal dengan Wikipedia dong? Yup, Wikipedia adalah sebuah website yang menghadirkan artikel apa saja yang kita ingini.

Kita tinggal klik kata kunci apa saja, yang kita cari di laman peramban, dan artikel yang kita mau itu akan muncul segera.

Program Wikilatih yang banyak diminati kawula muda I Dokpri
Program Wikilatih yang banyak diminati kawula muda I Dokpri

Dan kemudian dari laman Wikipedia akan mengirimkannya artikel yang dimaksud itu, dan dominan akan tersaji di halaman pertama mesin peramban. Sehingga mudah untuk mengklik-nya segera.

Namun, yang harus kita sadari sih, jika Wikipedia, memang bukan menjadi referensi utama, yang dapat menjadikan rujukan memuat fakta. Namun, Wikipedia bisa saja menjadi sebuah aktivitas riset yang menjadi tuntutan awal, dalam membuat konten tulisan bermanfaat ala kita.

Bayangkan saja, dengan membaca artikel-artikel Wikipedia, akan lebih mudah membukakan dan mengembangkan ide besar kita untuk menulis itu.

Nah inilah yang kusebut sebagai value kebermanfaatan yang sangat penting itu, dan sangat dibutuhkan.

Peserta penulisan konten writer Wikipedia menyimak pola penulisan konten writer di Wikipedia I Dokpri

Rasanya jika mengikuti prinsip dalam menuangkan ide konten ala kreator Wikipedia ini, akan mudah meracikkan pola dasar yang bisa diikuti penulis pemula, yang ingin benar-benar menjadi konten-writer dan Blogger.

Dan pola itu menurutku akan efektif, untuk segera diterapkan oleh pemula, untuk bersama-sama berkonten ria Rp 0, dan merasakan cuan tanpa batas itu.

Nah, setelah menyelami prosesnya itu, ternyata pengalaman Wikilatih itu akan mudah saja menjawab kembali ketiga pertanyaan yang sulit di atas.

1. Ternyata mencari ide tulisan itu gampang!

Sekilas, jika membaca sebuah artikel di Wikpedia, pasti akan memuat hal yang sederhana ya?

Sebut saja, artikel yang memuat deskripsi tentang jajanan daerah, kesenian daerah, bangunan kuno daerah, sampai rangkuman peristiwa penting, yang hadir di sekitar kitas saja. Selain artikel yang dominan mengupas biografi seseorang publik figur.

Lantas, dari waktu ke waktu, jika kita amati terus, akan hadir pula up-dating isi artikelnya, yang ikut memperkaya isi tulisannya itu.

Hal itu disebabkan hadirnya updating pemberitaan di media mainstream, yang lantas tautannya URL akan diselipkan sebagai internal link perujuk, dalam artikel itu. Ah sederhana sekali ya?

Artinya, di dalam setiap tulisan memang seharusnya mampu menyampaikan data dan fakta valid! Yang, menjadikan konten tulisan kita menjadi wajar dan pantas dibaca.

Nah, konten sederhana ala Wikipedia tadi bisa saja kita mulai simulasikan jua, dengan cara merangkum sebuah pemberitaan yang sedang hits/viral. Misalkan tentang jajanan yang sedang viral, dan memberikan tutorial tentang cara membuatnya dan sejarahnya.

Percayalah, konten kita tidak akan berhenti hanya beberapa paragraf saja. Jika nanti kita menemukan pemberitaan tentang jajanan itu lagi,  kita terus bisa meng-updatenya lagi.

Nah, cara sederhana ini, akan menjadi cara singkat memulai konten kita, di media Blog bersama, dengan modal Rp 0 saja.

2. Apakah artikel sesederhana itu pasti dibaca

Dalam prakteknya, setiap artikel Wikipedia selalu saja mendapatkan atensi dari pembaca maya, meskipun tidak lantas dijadikan rujukan utama mereka.

Dan hal yang penting dicatat juga  adalah, bagaimana mesin peramban Google suka sekali ya menempatkan artikel Wikipedia di halaman pertamanya, sesuai kata kunci yang kita letakkan.

Hal ini tentu memberikan kemungkinan keterbacaan yang tinggi, dan akan menjadikan motivasi, untuk terus meng-upgrade konten kita di sana dengan wajar dan bertanggung jawab.

Lantas, terpenting lagi apa rahasia teknik SEO yang diterapkan konten Wikipedia, sih? Rahasia itu akan mudah terbongkar, dengan usaha kita untuk terus memproduksi kontennya di sana, dan menemukan sendiri jawabnya.

Dan, terpenting –lagi—adalah terbentuknya sikap dan komitmen kita, sudah tegas ingin menjalankan aturan menjadi Konten writer Wikipedia, untuk memusnahkan konten hoax yang berpotensi menyesatkan.

Terlebih menjauhi konten duplikat orang lain, yang dapat disiasati dengan teknik parafrase.

3. Menyadari jika kebermanfaatan konten adalah cuan berharga!

Tahukah jika Wikipedia merupakan proyek komunitas yag non-komersil, yang kita bisa tiru dengan mudah teknik dasar penulisannya?

Terlebih, ,Wikipedia sudah berhasil menyebarkan kebermanfaatan artikelnya itu untuk publik.

Hal itulah yang menjadikan cuan berharga bagi proses pengembangan diri, untuk menjadi lompatan seorang konten writer di suatu hari nanti, bagi para kreatornya.

Nah, komitmen atas kualitas konten itu, tentu akan menjadikan pembelajaran penting nan berharga, untuk lekas mencuankannya dengan ragam reward yang sudah disiapkan oleh Blog komunitas Wikipedia, atas produktivitasmu meramu konten bermanfaat dengan Rp 0 saja.

UGC menjadi jalan Ninja kita menjadi konten-writer handal?

Menjadi konten kreator memang butuh pengorbanan, selain hanya perjuangan belaka? Terpenting tentu faktor biaya, menjalankan platform medianya tadi?

Bagi YouTuber, TikTokers hingga Selebgram, mungkin saja hanya menghabiskan Rp 0, untuk memamerkan karyanya di media soial? Namun apakah mereka tidak perlu modal yang berbiaya mahal, seperti menyediakan alat produksi konten macam kamera yang berspeks khusus dan juga keahlian edit-nya yang memakan waktu lama?

Pemateri Wikilatih dari relawan Wiki media sedang melakukan brifing ke calon konten writer Wikipedia I Dokpri

Hal itu, lantas mudah kita bandingkan kala menjalani profesi sebagai konten writer atau Blogger.

Dimama platform Blog bersama, atau User Generated Content (UGC) sudah tersedia juga untuk dipilih, dan menjadikan medium berkonten ria  Rp 0 itu, dan berhasil bercuan sebagai kompensasinya.

Artinya, Platform UGC, seperti Wikipedia atau juga Kompasiana bisalah kita gunakan untuk menjadi undakan anak tangga untuk memulai diri menjadi konten writer yang handal itu.

Dan akan berlanjut pada kelihaian meramu Genre tulisan yang lebih berkualitas lewat permainan diksi yang lebih baik lagi.

Ber-IndiHome, cara menggantungkan cita-cita menjadi konten writer itu ternyata mudah!

Koneksi internet saat ini memang bak kebutuhan pokok saja ya?  IndiHome merupakan internet provider yang sudah berhasil menghubungkan dunia nyata ke dalam dunia maya.

Meski alokasi kuota internet untuk menghantarkan kita berkonten ria pasti akan mempengaruhi biaya langganannya.

Nah, layanan IndiHome, internet provider dari Telkom Indonesia dari waktu ke waktu rasanya mampu menyempurnakan fasilitas layanannya, dalam menyesuaikan kebutuhan kuota penggunanya.

Bagiamana, kini IndiHome yang sudah menjadi internetnya Indonesia, yang jua telah menyediakan ragam paket internet cepat, yang terjangkau bagi semua pelanggannya. Mulai dari paket 1 Play, 2 Play sampai 3 Play, yang menggunakan kombinasi paket internetan, nelpon PTSN hingga menonton Useetv dengan kecepatan 20 hingga 100 Mbps.

Dengan coverage layanan yang luas dan kualitas koneksi yang stabil, memungkinkan kita untuk segera mudah berkonten ria, melakukan hal yang sudah kita ulas di atas, untuk memulai menjadikan diri kita konten writer yang handal, menjemput cuan tanpa batas itu.

Lantas dicatat,  adakah cara memastikan layanan internet Provider IndiHome dari Telkom Indonesia itu hadir di tengah akivitas kita?

  • Bagi kita yang ingin menggenggam paket internet cepat IndiHome, kita bisa memeriksa jaringan IndiHome di daerah domisili dengan mudahnya pada website IndiHome. Di sana juga akan disediakan layanan konsultasi mengenai informasi koneksi internet cepat IndHome agar kita bisa mendapatkan solusi berinternetan, dengan IndiHome.
  • Lantas, jika sudah memastikan konektivitas IndiHome tersedia, kita hanya menunggu petugas IndiHome datang melayaninya, dan mengantarkan kenikmatan berinternetan itu.
  • Namun, jika ternyata konektivitas IndiHome belum tersedia, maka kita bisa melakukan pengajuan kolektif kepada IndiHome. Artinya, kita harus bersama-sama mengajak teman/tetangga orang yang berada di sekitar kita, untuk mengajukan ketersediaan jaringan internet cepat IndiHome, berupa tiang ODP, atau perluasan area jangkauan.
  • Jika area tempat tinggal kita sudah terpasang jaringan fiber optik. Kita akan lebih mudah  memaksimalkan layanan direct to home saja! Dimana  petugas akan datang ke rumah kita, dan menawarkan sera memasangkan jaringan internet cepat IndiHome dengan fiber optiknya.

Nah ternyata begitu mudahnya berkonten ria dengan Rp 0, bercuan tanpa batas di era digital ini, lewat paket internet cepat IndiHome internet provider dari PT Telkom Indonesia itu? Yuk coba!

Tiga Artikel Wadai paling Populer, Yuk Klik-in!

error: Content is protected !!