Pernah dengar lagu yang liriknya bilang gini, gak? ”Dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah, bla-bla…”
Jika setuju dengan liriknya itu, jangan sekali-kali malah meleng asik-asikan ke dunia maya. Kehidupannya-pun lebih keyas kak. Cobalah ambil saja gawai-mu dan hiruplah kehidupan maya ber-media sosial di sana sesaat.
Sapalah teman Dumay dengan update status palsu-mu, semisal ’Good morning, apa kabar sayang.” Sesaat ada saja yang mengirimkan paket jempol dengan komentar alay membalas status tadi dengan kata beragam.
Tapi apa iya, kamu yakin sekali mereka teman baikmu? Jangan-jangan ini jebakan Batman?
Dalam konteks umum, lha iya bisa saja kita anggap mereka teman. Saya itu kenal mereka kok, dia kan mantan saya –hallah—
Dumay sudah menjelma menjadi perantara, untuk saling berteman, bagi sapa saja yang ingin berteman dengan tujuan apa saja pulak.
Media sosial macam Facebook misalnya bisa saja kita anggap porsional. Karena bisa saja kedua belah pihak yang berteman memang saling kenal, akhirnya mau berteman dan melegetimasi pertemanan mereka itu untuk membuat referensi jumlah pertemanan dalam beranda halaman.
Terserah banyaknya jumlah pertemanan itu nanti berkualitas atau sebaliknya –urusan kalianlah–
Berhenti sampai disini. Kita bisa saja menghirup aroma lain dalam kuantitas pertemanan di dunia maya tadi.
Satu sisi, kita sering merasa mudah sekali ya berteman di dunia maya.
Di sisi kedua, ini jadi sangat berat, berteman dengan banyak orang di dunia maya, dengan pelbagai platform media sosial lain, macam instagram, Youtube ataupun twitter dll. Ya karena ada maksud tertentu dari pertemanan tadi?
Nah sisi kedua ini yang menarik untuk dibincangkan nih. Kita bisa saja bilang begini, ”Saya sih mau berteman dan memfollow kamu, tapi kamu kok tidak. Sebaliknya kamu mau, tapi sori ya saya ndak”
Dan sederhananya di dalam dunia maya, yang lagi hits kata pertemanan di kepala kita selalu saja disebut dengan panggilan sayang Follower –pengikut-
Jika di-Indonesiakan bahasa pengikut bisa jadi berada pada tingkatan ‘yang gimana gitu’ seolah-olah follower itu adalah orang yang butuh. Padahal lho, yang butuh siapa coba? Jangan-jangan yang difollow yang paling butuh!
Hah, jika ditarik ke belakang lagi. Kenapa juga kita mau jadi Follower dia, lawong dia ga maksa kita menjadi pengikutnya. Kita sajaa yang terlalu baik hati dan tidak sombong -tapi jarang menabung-
Dan pertanyaannya lagi adalah, kenapa kamu tidak mau Folback aku, aku kan juga mau mendapat Follower yang banyak seperti kamuh. Buat apa? Ya buat banyak teman! Itu aja… –massa’?—
Dunia Maya Dan Caranya Mengkapitalisasi followers?
Dunia maya memang memberikan celah komersil berupa bonus kepada kita yang mengkoleksi pertemanan di beranda Media sosial kita.
Meskipun pada platform di berbagai media sosial, telah mendefinisikan arti pertemanan tadi dalam sebutan Follower.
Dan banyak dari kita mencoba-coba mengisi celah tadi, dengan tega mengakapitalisasi folllower yang dahulu kita anggap teman –apa bukan-
Dan tak heran saat ini anak muda sampai orang tua, kebelet menjadi Youtuber, selebgram lewat kanal-kanal media sosial dunia maya dengan cara apa saja.
Pertanyaan-pertanyaan galau di atas memang selalu menjadi-jadi bagi para pelamar pekerjaan baru di dunia maya itu.
Misalnya para Youtuber, Selebgram, Blogger atau Pemilik Website bisa saja menggarap celah Adsense dalam meraup untung dari Follower mereka. Tapi tentu ada syarat dan ketentuan berlaku.
Lanjut baca, klik nomor halaman ya?