Istilah Stagflasi adalah siklus ekonomi yang dimulai dengan hadirnya perlambanan pertumbuhan ekonomi, serta meningkatnya angka penggangguran, dan disertai dengan fenomena inflasi.
Artinya, istilah stagflasi merupakan kombinasi atas tiga fenomena sekaligus, yakni pertumbuhan ekonomi yang lamban, jumlah penggangguran yang melejit, serta harga-harga barang yang mahal.
Nah, istilah Stagflasi sendiri, pernah digaungkan pertama kali oleh politisi Inggris, yakni Iain Macleaod dalam sebuah pidato di depan House of Commons tahun 1965. Kala itu bertepatan jua hadirinya tekanan ekonomi hebat di Inggris Raya, yang dirasakan atas ketiga faktor tadi.
Lantas, kala krisis minyak yang terjadi di tahun 1970-an, Amerika Serikat juga kembali menggunakan istilah Stagflasi itu, untuk menggambarkan situasi ekonomi AS saat itu. Dimana stagflasi sudah menimbulkan Resesi, yang berhasil menggerus pertumbuhan PDB AS, selama lima kuartal berturut-turut.
Nah, Kondisi Stagflasi, yang terjadi di AS digambarkan dengan hadirnya Inflasi di tahun 1973, dan inflasi di 1974 pada saat itu sempat mencapai kenaikan dua digit. Sedangkan tingkat pengangguran di waktu yang bersamaan jua melejit, mencapai 9 persen pada Mei 1975.
Nah, fenomena Stagflasi sudah membukakan mata dunia, jika negara maju juga rentan mengalaminya.
Bagaimana ancaman Stagflasi di pertengahan 2022 kini?
Pandemi, perang Ukrania-Russia, dan juga ancaman krisis Iklim, akankah sudah menandai hadirnya Stagflasi di belahan dunia? Dimana negara-negara maju, tengah berjuang menghadapi ancaman Resesi hebat, termasuk negara adidaya Amerika Serikat, dan negara maju lainnya.
Lihat saja, Fenoemena massifnya Bank sentral di seluruh dunia, menaikkan suku bunga, bisa menjadikan hadirnya resesi itu? Terlebih keaikan suku bunga tak jua memperlemah inflasi. Nah pada tahap itu saja, bisa dikatakan suatu negera sudah memasuki ancaman Reflesi, dimana resiko resesi akan meningkatkan inflasi.
Nah Reflesi akan mudah terjadi, jika inflasi benar-benar mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang tampil stagnan.
Pada Juni 2022, majalah Forbes menyebutkan jika periode stagflasi, disebabkan oleh kesalahan kebijakan ekonomi suatu negara yang gagal mengatasi pengangguran, membiarkan gejolak inflasi.
Dan fenomena itu, akan digambarkan dalam sebuah indeks kesengsaraan atau misery index.
Misery Index, adalah penjumlahan sederhana dari tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, dalam menunjukkan seberapa buruk kondisi sebuah negara yang tengah menghadapi stagflasi.
Nah, lustrasi Stagflasi dapat kita lihat dari kondisi, suatu pemerintahan negara, yang terus menggencarkan mencetak jumlah uangnya, menyebabkan peningkatan jumlah uang, menghadirkan inflasi, beserta kenaikan tarif pajak secara bersamaan. Kebijakan itu pastilah akan memperlambat pertumbuhan ekonomi negara bukan?
Negara Myanmar –misalnya—yang tengah mengalami kudeta milter, digambarkan tengah mengalami fenomena Stagflasi itu. Dimana kudeta Mileter di sana, telah menyebabkan banyak penduduk Myanmar mengganggur dan tingkat pertumbuhan ekonomi negara melambat pesat. Terlebih, pasokan makanan terbatas, melejitkan kenaikan harga barang pokok, termasuk harga BBM.
Oleh karena itu, fundamental perekonomian negara akan berpengaruh terhadap ketahanan untuk menghadapi ancaman reflesi, sebagai penguji menghadapai resiko stagflasi.