Yakin gaung program Rumah subsidi di tahun 2025 oleh Pemerintah saat ini, akan bisa membangkitkan gairah Gen Z di Samarinda, untuk menentukan pilihan beli atau sewa rumah?
Memang jika dipikir, akan ada banyak fakta bagi kalangan Gen Z Samarinda lekas menentukan sikapnya tadi, bukan?
Oleh sebab itu, tak ada salahnya kita runut saja satu-satu, apa saja fakta logis tadi, agar Gen z di Samarinda, bisa menjawab dengan hati-hati antara beli atau menyewa rumah saja.
Nah apa saja itu?
1. Harga Rumah Mahal?
Sudah umum, jika dimana-mana harga rumah itu pasti mahal, bukan?
Terlebih kita sudah berani mengintip harga jual rumah di Perumahan terbaik di Balikpapan, kota tetangga terdekat.
Meskipun ada juga yang membantah jika harga rumah itu masihlah relatif saja, ditentukan oleh letaknya.
Coba kita buktikan saja lewat deretan harga rumah yang dipajang di laman 99.co, dimana rata-rata terdapat tren kenaikan harga rumah pertahun di kisaran 5-7 % lho.
Disana kita jua bisa amati dengan jelas, jika harga rata-rata rumah di Samarinda Rp 900 juta.
Jika diklasifikasikan lebih rigid, harga rumah dalam golongan murah rata-rata dijual mulai Rp 190 juta, harga rumah mewah mencapai Rp 8,3 Miliar.
Memang faktor letak rumah di setiap kawasan Samarinda sekali lagi, akan menentukan harga rumahnya jua, bukan?
Di kawasan Samarinda Kota misalnya, masih dari info 99.co, harga rumah paling murah berkisar Rp 1,8 Miliar, dibandingkan dengan rumah di kawasan Samarinda Seberang yang hanya Rp 383 juta.
Sedangkan rumah yang terletak di Samarinda Utara, harga rumah bergaya minimalis sudah seharga Rp 700 juta.
Lantas, bagaimana dengan harga sewa rumah yang layak di Samarinda?
Laman 99.co juga menyebut juga jika tren harga sewa di Samarinda itu Rp 2,08 hingga Rp 4,46 juta per bulan.
Jika kita sewa rumah di Bumi Sempaja City, kita akan mendapati harga kontrakan seharga Rp 35 juta per tahun. Sewa rumah di Samarinda Ulu juga sudah mencapai Rp 35 juta/tahun.
Beralih, ke perumahan Samarinda ulu, kontrakan rumah di sana juga sudah berkisar Rp 38 juta per tahun. Bagikan saja harga itu dengan 12, ketemu deh harga per bulannya, bukan?
Hiks, dengan fakta barusan, bagaimana nasib Gen Z, yang bergaji rata-rata Rp 5-10 jutaan, menentukan jawaban? Apakah mereka, para Gen Z di Samarinda baiknya beli rumah saja, sewa atau, ngontrak rumah saja sih?
2. Tahun 2025 Banjir Rumah Subsidi?
Sudah menjadi keharusan jika Pemerintah juga memberikan solusi atas harga rumah yang mahal untuk dapat dimiliki semua kalangan.
Dan beruntungnya, para Gen Z saat ini dihadapkan pada program kebijakan Pemerintah untuk segera memiliki rumah sendiri.
Kebijakan itu adalah, salah-satunya dengan kepemilikan rumah lewat kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), dengan subsidi lewat DP hanya 1%, angsuran Rp 1 jutaan dengan tenor lama 15 tahun.
Dibalik SKB Tapera juga ada hal yang menarik lho. Mau tahu? Jika pasanganmu meninggal, rumah KPR tadi menjadi ahli warisnya tanpa bayar sisa cicilan. Hiks, menarik ya?
Disamping itu, jika kita sedikit berani dan mandiri kita bisa miliki rumah program lelang Bank saja, ini bisa jauh dari murah daripada KPR.
Atau, jika beruntung jua, bisakah kita mencoba mengajukan program rumah gratis saja dari Pemerintah yang jumlahnya 3 juta unit.
Semua itu bisa saja, menjadi solusi atas keluhan para Gen Z atas mahalnya rumah saat ini untuk dimiliki?
Dan hal barusan bak solusi, jika kita membandingkan dengan biaya sewa apartemen atau rumah dengan kisaran 3-5 juta per bulan? Itu juga belum termasuk listrik dan Wifi.
Kasarnya, dengan harga sewa rumah kisaran itu, kita akan membayar uang Rp 180-300 juta dalam 5 tahun tanpa punya aset setelahnya.
Ya mendingan dana itu ditabung saja buat DP rumah?
Atau jika ingin mencicil santai, bisa setting saja tenor KPR nya menjadi 15 tahun, dengan program rumah subsidi barusan.
3. Beli Rumah vs Sewa Rumah
Dalam teorinya, ya benar saja sih, jika beli rumah adalah langkah investasi, sedangkan sewa rumah adalah tindakan yang membebaskan kita dari stres?
Keduanya adalah jawaban yang cukup menghibur, bukan?
Analoginya, beli rumah itu bak nabung paksa, dengan kenikmatan investasi jangka panjang, dimana adanya kenaikan nilai properti sekitar 5-10 % per tahun. CBRE Indonesia di 2024 pernah mengungkap analisis itu.
Bayangkan saja, jika kita beli rumah Rp 300 juta, ketika 10 tahun mendatang nilainya berlipat menjadi Rp 500 juta. Hemm, siapa yang tidak mau?
Bonus lain yang didapat, kita tidak kehabisan ide buat konten di media sosial buat flexing rumah sendiri, bukan? Hikss..
Tapi jangan lupa ada perjuangan yang kita harus hadapi, karena skema KPR itu artinya ya kita harus cicil dengan tenor yang kita sepakati dengan Bank.
Biaya itu berpotensi membengkak karena biaya perawatan rumah yang juga tidak murah, Duh siap kencangkan ikat pinggang?
Bagaimana dengan sewa rumah saja? Pilihan ini lebih bebas sih, karena kita bisa kemana saja, ditambah tidak perlu biaya perawatan rumah.
Jika kita pintar sedikit, dana sisa bisa kita mainkan di investasi lain, main saham atau crypto. Seru juga!
Tapi, jika direnungkan, sewa rumah itu bak membuang percuma uang kita, dan uangnya tidak balik?
Namun jangan bohong, jika Gen Z nyatanya suka dengan pilihan sewa rumah saja?
Data Kompas yang dirilis di tahun 2024 pernah sebutkan jika sebanyak 60% Gen Z di kota besar memiliki sewa rumah saja, karena faktor idealis tidak mau terikat hutang dan fleksibilitas,
Sampai di titik ini, bisa saja kita sepakat deh, jika kita yakin karir pekerjaan dan jodoh kita fix ada di Samarinda, beli rumah di Samarinda bisa menjadi jawaban cerdas.
Hal itu ditambah, rangsangan program Rumah Subsidi, dengan DP rendah, angsuran terjangkau, dan tenor panjang. Harga rumah pun tetap, sudah dipastikan pemerintah lebih terjangkau.
Namun, jangan memaksa juga beli rumah, jika kita masih dalam fase eksplore kota, dan juga masih belum fix atas karir di pekerjaan kita saat ini, sewa rumah lebih tidak beresiko.
4. Yakin Gen Z Bisa Beli Rumah?
Jadi teringat dengan ulasan artikel Tirto di 2024 yang menyebutkan jika hanya 35% Gen Z di Indonesia yang punya tabungan lebih dari Rp 10 juta, karena masih memilih melayani gaya hidup hedon mereka.
Jika dipikir, sebenarnya Gen Z bisa neli rumah subsidi dengan DP Rp 3 juta-Rp 5 juta dengan disiplin menabung Ro 500 ribu saja per bulan selama 6-10 bulan, bukan?
Gen Z bisa coba coba rumus 50-30-20, dimana 50% pendapatan buat kebutuhan, 30% keinginan dan sisanya 20% ditabung.
Sedangkan sewa rumah memang tidak butuh DP, tapi kita harus nurut bayar kepada pemiliknya. Tapi pasti masalahnya balik lagi ke gaji yang pas-pasan, bukan? Angel, kalau begini kondisinya!
Solusinya apa? Mau tidak mau Gen Z harus bisa cari kerjaan sampingan, misalnya bisa saja jadi freelancer jasa tulis dengan kirim artikel menarik ke wadahkata.ID ini. Atau bisa juga jualan online kecil-kecilan, asal halalan toyiban ya.
Dan hal terpenting lainnya ya, Gen Z harus bisa berhemat, dengan kesadaran suatu saat ini pasti bisa kumpulin dana buat DP rumah titik. Amiin.
5. Gen Z sang Idealis yang Harus Realistis!
BPS pada tahun 2024 pernah sebutkan sebanyak 70 % gen Z di perkotaan lebih memilih fleksibilitas daripada komitmen besar.
Namun harus diingat jika, Gen Z itu sejatinya memiliki 2 tipe karakter, ada yang ingin settle artinya ingin lekas menikah dan punya rumah.
Ada juga yang type fleksibel, type ini suka pindah-pindah dan mencoba tantangan dan karir baru di lain kota.
Beli rumah cocok buat yang udah punya visi jangka panjang, apalagi dengan program subsidi yang bikin KPR lebih gampang.
Tapi, kalau kamu masih pengen eksplor dunia atau kerja remote dari Bali, sewa jauh lebih masuk akal
Yuk berkaca pada cermin di kamar! Apa aku, kamu atau kita itu tipenya “aku mau punya base” atau “hidupku petualangan”?
Jawabanmu akan mudah membantu mewakili suara para Gen Z di banua etam Samarinda menentukan sikap buat beli atau sewa rumah saja di Samarinda?
Jadi –sekali lagi–, Beli atau Sewa? Catat! Beli rumah: Kamu harus punya income stabil, plan settle di satu kota, dan pengen investasi jangka panjang. Manfaatkan rumah subsidi.
Bagaimana dengan sewa rumah saja? Itu berarti kamu masih suka eksplor karir, suka pindah-pindah, atau tidak mau pusing urus cicilan. Sisihkan duit buat investasi lain biar tidak rugi.