Sekelebat pikiran kita mudah teringat dengan Wikipedia, kamu juga kenal, kan?
Nah, kanal informasi di Wikipedia yang dahulu, dan rasanya kini masih populer itu, mudah saja menghidangkan informasi apa saja. Kita hanya mengetikkan kata kuncinya saja, keluarlah artikel yang siap untuk dinikmati.
Ya memang artikel-artikel Wikipedia tak lantas pula dijadikan sumber referensi terpercaya, sih. Karena memang banyak ‘tangan’ yang dapat mudah membuat dan mengubah artikel di kanal Wikipedia itu dengan mudahnya, plus disertai dengan tujuan apa saja, bukan?
Namun artikel-artikel di Wikipedia, tanpa disadari juga bisa menjadikan sebuah pemakluman yang berhasil membukakan wawasan kita terhadap topik apa saja. Karena, hal yang penting, di sana juga terdapat sisipan bahan rujukan yang ‘harus’ hadir di akhir artikelnya, sebagai syarat meracik artikel bagi konten kreatornya.
Namun terkini, hadir ChatGPT! Apakah nanti pencarian informasi di kanal Wikipedia akan beralih kesana ya? Atau ada alasan lain untuk –malah– tidak menggunakan keduanya? Dengan hanya memilih wadahkata.id ini sebagai rujukan atasa informasi teknologi terkini kamu?
Duh, aku ternyata manusia biasa, yang tak luput dari rasa Ge’er itu ey.. Hikss..
Yuk Mengenali artikel ChatGPT, kenali kelemahan aplikasi ChatGPT
Jujur sajalalah jika kehadiran fitur Artificial Intellligence, (AI) seperti ChatGPT (Generative pre-trained transformer) yang sedang hits kini, sudah memberikan banyak celah, menggali banyak informasi apa saja dengan mudah kan?
Nah, lantas terkini ChatBot/ChatGPT juga menjadi adalah sebuah fitur AI, yang sangat populer itu, rasa-rasanya ingin sekali mencuri kesuksesan Wikipedia tadi kan?
Bayangkan saja, kita hanya disuruh menyebutkan saja kata kuncinya yang diingini. Dan seketika sebuah jawaban akan muncul, terlepas jawabannya tadi benar atau salah.
Lantas, pernahkah kita menyadari, jika, dari semua jawaban ChatGPT ala chatbot tadi, ternyata mudah dikenali, terutama jika dijadikan konten tulisan!
Dan kewajiban mengenalinya rasanya penting deh, dengan harapan ya agar kita bisa menguji kevalidan informasi yang kita butuhkan itu, bukan?
Terlebih kini, banyak sekali konten-kreator, yang menggunakan dan mengandalkan informasi dari ChatGPT dengan mentah-mentah meng-copy-pastenya untuk mengejar deadline ragam konten tulisan.
Ya alasanya karena informasinya mudah berkaidah SEO dan mudah terindeks di halaman Google. Yakin beneran bisa?
Artinya, ya jika tak lihai mengenali artikel ChatGPT itu, bisa saja kita juga juga terus tersesat kala mengandalkan aplikasi Google Map untuk menuju sebuah tujuan yang belum kita kenal. Ya itu akan menjadi sebuah Analogi yang seimbang saja, bukan?
Nah, Berikut lima langkah mudah mengenali artikel chatGPT yang hadir usai diriku mencoba menggunakannya.
1. Artikel ChatGPT gunakan Frasa tulisan yang mudah ditebak buatan robot
Dalam sebuah artikel di searchenginejournal.com menyebutkan jika para peneliti sudah dapat mempelajari dan menerka konten buatan manusia atau buatan robot. Di sana hadir sebuah pola yang membuat tulisan chatgGPT mudah terbaca secara tak alami.
Lihat sajalah sendiri, tulisan AI itu cenderung tak berhasil memperkaya tulisannya dengan diksi salah-satunya ya idiom. Artinya dengan tiadanya diksi tadi merupakan tanda jika konten tulisan itu dibuat oleh Bot, ya tepat aplikasi ChatGPT andalan kita tadi!
2. Artikel ChatGPT miskin ekspresi
Tulisan tanpa ekspresi tentu terasa hampa ya? Hal itulah yang tergambar dari informasi ChatGP yang mudah ditulis kembali dalam bentuk konten tulisan, dan terlihat hanya susunan kata-kata saja.
Ekspresi dalam sebuah tulisan adalah sebuah klimaks, yang mengajak para pembaca mudah tersentuh dalam emosi wajar, pada tingkatan rasa yang dimiliki manusia oleh akal dan pikiran yang sebenarnya.
3. Artikel ChatGPT miskin wawasan baru bagi pembacanya
Catatan seorang akademisi yang disebutkan dalam sebuah artikel Theinsider malah menyebut jika tulisan esia akademisi yang dihasilan dari informasi ChatGP kurang kaya akan wawasan, tentang topik yang kita butuhkan.
ChatGPT atau ChatBot hanya menringkas saja mengenai sebuah topik tadi , tanpa hadirnya wawasan baru dan unik, di dalamnya. Membandingkan dengan tulisan manusia ya akan jelas perbedaannya kan?
Dimana tulisan asli buatan manusia akan mudah melahirkan wawasan baru nan unik, lewat pengalaman pribadi dan presepsi subjektifnya itu.
4. Artikel ChatGPT hanya terbaca panjang-lebar tidak to the poin!
Nah jika menarik lagi sebuah pola dalam sebuah konten ChatGPT di atas, akan menjadi menarik? Dimana sebuah penelitian tadi menyebutkan pola itu membuat ChatGPT kurang penting dianggap sebagai sebuah aplikasi penting oleh usernya.
Studi itu menyebutkan jika manusia atau usernya hanya suka jawaban ChatGPT di lebih dari 50 % pertanyaan yang dijawab, dan berkaitan dengan topik keuangan dan psikologi saja. That’s it?
5. Artikel ChatGPT menuai logika kaku
Selain bertele-tele, gaya tulisna ChatGPT terkesan hanya cenderung mengikuti template yang berisikan gaya unik kaku dan disebutkan ‘tidak manusiawi? Istilah ‘tidak manusiawi’ itu terungkap dalam perbedaan antara cara manusia dan mesin/bot menjawab sebuah pertanyaan usernya. Sangat kental sekali bedanya sih.
Nah, mengenali artikel ChatGPT lebih mudah kan?
Internet memang menjadi sebuah medium penting di masa depan, yang mengakomodir semua kemajuan teknologi terkini bukan? Termasuk bagaimana medium itu, juga memudahkan kita menggali informasi dan akhirnya membukakan wawasan baru kita, dan menjadikan kita lebih pintar bahkan sebaliknya!
Dan tentu saja mengingat kembali teori dasar dari dunia IT, jika kemudahan berinternet akan berbanding terbalik dengan tingkat keamanan berinternetnya.
Dan prinsip itu tentu mudah kompetible juga dengan hadirnya kemudahan aplikasi apa saja yang menghamburkan ragam informasi yang harus kita uji kembali kebenarannya itu, bukan?
Nah, setelah mengerti lima cara mudah mengenali artikel ChatGPT tadi. Apakah makin menggiatkan aktivitas literasi kita lebih massif lagi di internet, atas kebutuhan pokok atas informasi apa saja yang paling akurat dan terpercaya?