Memakna Sejarah Ketupat
Lebaran rasanya tak lengkap tanpa Ketupat kan? Iya Ketupat makanan khas yang terbentuk dari beras bentuknya segi empat, dan pembungkusnya terbuta dari anyaman daun kelapa atau janur.
Nah beras yang terbungkus janur itulah, lantas kemudian direbus menghasilkan nasi kenyal yang nikmat sebagai pendamping menu lainnya, pengganti nasi.
Meski selalu identik dengan tradisi Islam, Ketupat ternyata sudah dikenal oleh masyarakat Jawa jauh sebelum peradaban Islam hadir di Nusantara.
Hermanus Johannes de Graaf, sejarahwan Belanda, menyebut Ketupat prtama kali dikenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu pendakwah agaman islam Nusantara. Dimana setiap kali perayaan setelah Ramadhan yakni Lebaran menjadikan momentum itu untuk berbagi kebahagian lewat sajian menu-menu Ketupatnya.
Nah berikut 3 makna sejarah ketupat itu!
1. Dahulu, Ketupat menjadi jimat masyarakat
Sebelum islam menyapa Nusantara, masyarakat Jawa dan Bali seringkali mengadakan ritual dengan menggantungkan Ketupat di depan pintu rumah mereka, yang diyakini sebagai jimat dan memiliki kekutan magis.
Namun di luar hal tadi, terdapat esensi ritual tadi yang itu tak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur mansyarakat dahulu kepada kepada Dewi Sri, dewi pertanian dan kesuburan, yang terkandung dalam mitologi Hindu.
2. Kini, Ketupat menjadi perayaan Islam Nusantara
Nah semakin kemari, De Graaf, sang sejarahwan Belanda, juga pernah menyebut dalam buku Malay Annual, di mulai pada masa kesultanan Demak Raden Patah, kulit ketupat yang teranyam dari janur sudah menjadi identitas budaya pesisir, yang ekologi daerahnya ramai ditumbuhi pohon kelapa.
Dan lantas seiring waktu, nama Ketupat memiliki sebuah makna, kala dihidangkan di setiap perayaan lebaran ketupat, dengan istilah ngaku lepat, yakni artinya mengaku salah.
3. Di masa depan, Ketupat mampu menjadi simbol persatuan
Akhirnya, sampai saat ini, Ketupat menjadi sebuah tradisi masyarakat untuk terus menghidangkannya dalam setiap perayaan Lebaran?
Dan fenomena itu, lantas sudah menyisipkan filosofi Ketupat yang akan mampu menembus dimensi-dimensi kehidupan sosial ekonomi masyarakat Nusantara. Nah apa filosofi Ketupat untuk mewujudkan itu semua?
- Nasi yang terbungkus daun janur pada Ketupat misalnya, sudah menjadi filosfi atas hadrinya perintah kepada manusia agar mampu menahan nafsu-nafsu dunianya, untuk memampukan menggunakan hati nurani bertindak tanduk.
- Anyaman janur ketupat juga memiliki pesan atas gambaran kesalahan manusia, serta bentuk segi empatnya memiliki makna kemenangan Umat Islam menjalankan puasa sebulan penuh.
- Butiran-butiran beras dalam janur Ketupat dapat dimaknai sebagai simbol kebersamaan dan kemakmuran.
- Janur dalam bahasa arab yakni jaa a al-nur, bermakna telah datang cahaya, namun masyarakat Jawa menmaknya dengan istilah sejatine nur, berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya (iman) setelah Ramadhan.
- Anyaman Janur yang merekat pada, mangajak melekatkan persatuan dan silahturahi persaudaraan, tanpa melihat perbedaan sttus sosial .
- Hal menarik lainnya adalah, ketupat juga memiliki makna kiblat papat lima pencer. Artinya papat berarti simbol empat penjuru mata angin, di timur, barat, selatan dan utara. Hal itu memakna ke mana pun kita melangkah kita tindak boleh melupakan arah kiblat.
- Ketupat sejatinya dihidangkan dengan kuah bersantan, yang dibumbui dengan kunyit berwarna kuning keemasan yang melambangkan keberuntungan dalam tradisi Cina. Lantas istilah santan dalam menu Ketupat dalam bahasa Jawa disebut santen, yang bermakna nyuwun ngapunten, dan ingin berkata saya memohon maaf.