Pemanfaatan data science, Demi UMKM Bangsa
Persaingan Platform digital semakin sengit saja, ya? Hal itu terlihat, dari jutaan aplikasi yang mudah sekali kita sematkan di Gadget ini, guna mendukung kebutuhan harian apa saja!
Sebut saja Platform media sosial, yang kini –malah– menjadi aplikasi wajib untuk disemat, guna memanjakan kebutuhan hiburan dan sosial kita.
Nah, semakin kemari, kebermanfaatan fitur-fitur di aplikasi media sosial itu pun terus berkembang saja. Dan sadar atau tidak, Aplikasi media sosial mampu membukakan gerbang ekonomi bagi siapa saja untuk mudah menjajakan produk apa saja –hanya– lewat genggamannya.
Sisi lain yang jua menarik adalah Platform media sosial, juga terlanjur menjadi candu para pelaku ekonomi UMKM kini, untuk mau dan mampu menginvasi usahanya itu. Karena candu itu terbukti efektif dilakukan di masa Pandemi 2020 lalu, dimana bisnis digital menjadi resep handal UMKM untuk mampu bertahan.
Nah permasalahanya makin komplek, ketika ditemukan data Kominfo, menyebut sebanyak 64 juta unit UMKM Indonesia di 2022, ternyata baru 19 juta atau 29% yang mampu beralih ke bisnis secara online, termasuk untuk mampu memanfaatkan ragam aplikasi global saat ini, guna mendukung usaha mikronya.
Laporan Boston Consulting Group (BCG) dan Telkom Indonesia, juga menemukan hasil risetnya bahwa dari 3.700 UMKM lokal yang disurvei, dominan dari mereka masih terkendala melakukan transformasi digital, karena hal pembiayaan/permodalan.
Oleh sebab itu, belajar dari fenomena itu bisakah menjadikan sebuah urgensi dan harapan, untuk memampukan SDM lulusan Universitas bangsa di masa depan mampu menciptakan kecerdasan buatan? Dalam menguraikan permasalahan permodalan UMKM, agar pelaku UMKM lebih inklusif lagi berbisnis digital, menopang ekonomi bangsa.
Nah, skill ber-IT mulai dari pengembangan perangkat lunak/aplikasi berdasarkan pemanfaatan data science dalam bisnis, pastilah akan mudah menjawab tantangan dan harapan untuk mencipta kecerdasan buatan masa depan itu, bukan? Dan ini memerlukan jawaban bersama dari kita.
Pemanfaatan Data Science Bisnis UMKM merangsang penciptaan kecerdasan buatan
Menebak saja, kira-kira apa sih aplikasi media sosial favorit yang sering kita log-in, di Gawai kita? Kita akan mudah menyebutkan, salah-satunya adalah Facebook untuk menjadi salah satu aplikasi andalan itu?
Ya karena Facebook rasanya telah mampu, dan mudah saja, mempertemukan si penjual-pembeli atas sebuah produk.
Dimana sekelebat, kala para penggunanya sedang bercengkrama dengan sirkelnya di sana mudah rasanya menemukan konten produk/jasa yang diinginkan dan dibutuhkan terselip secara otomatis di hadapan mata. Dan kita hanya disuruh klik tautannya, untuk mewujudkan semuanya. Sederhana, bukan?
Nah, istilah Microtargeting rasanya sudah menjadikan rahasia umum jua yang lazim dijalankan pengembang ragam aplikasi media sosial mainstream kini.
Dimana Microtargeting tadi hanya bertugas mengumpulkan data-data perilaku usernya, yang terekam dalam percakapan user dengan sirkelnya di dalam media sosial.
Dan, tanpa disadari, data-data itulah yang akan mudah dikapitalisasi oleh pengembang aplikasi digital menjadi Bank data, dalam menciptakan sebuah magnet bagi market potensial. guna –terpenting– mendatangkan iklan dan cuan bagi para pengembang aplikasi.
Wah ternyata, baru kita sadari kan? Bahwa data para user pengguna aplikasi itu akan sangat berguna?
Nah, hal sederhana ini jualah yang akan mudah mengungkap bagaimana bisa sih, pengembang aplikasi media sosial jadi mau menggratiskan layanannya itu bagi kita saat ini.
Ya karena Facebook rasanya telah mampu, dan mudah saja, mempertemukan si penjual-pembeli atas sebuah produk.
Dimana sekelebat, kala para penggunanya sedang bercengkrama dengan sirkelnya di sana mudah rasanya menemukan konten produk/jasa yang diinginkan dan dibutuhkan terselip secara otomatis di hadapan mata. Dan kita hanya disuruh klik tautannya, untuk mewujudkan semuanya. Sederhana, bukan?
Nah, istilah Microtargeting rasanya sudah menjadikan rahasia umum jua yang lazim dijalankan pengembang ragam aplikasi media sosial mainstream kini.
Dimana Microtargeting tadi hanya bertugas mengumpulkan data-data perilaku usernya, yang terekam dalam percakapan user dengan sirkelnya di dalam media sosial.
Dan, tanpa disadari, data-data itulah yang akan mudah dikapitalisasi oleh pengembang aplikasi digital menjadi Bank data, dalam menciptakan sebuah magnet bagi market potensial. guna –terpenting– mendatangkan iklan dan cuan bagi para pengembang aplikasi.
Wah ternyata, baru kita sadari kan? Bahwa data para user pengguna aplikasi itu akan sangat berguna?
Lantas, bagaimana dengan aplikasi TikTok? Fakta terbaru kini, dominasi para user baru TikTok pun malah semakin jauh meninggalkan Facebook? Data we Are Social mencatat pengguna aku TikTok di Indonesia sudah mencapai 109,9 juta.
Oleh sebab itu ByteDance, mencatat jangkauan iklan di aplikasi ini sudah mampu menjangkau 56.8 persen masyarakat Indonesia berusia diatas 18 tahun, dan mengalahkan prestasi Facebook sebelumnya.
Tak dipungkiri lagi, menjawab prestasi itu akan menunjukkan kepada kita, jika Fitur Tiktok pun semakin berkembang saja, bukan?
Jika sebelumnya TikTok berhasil mencipta jalur pemasaran dan distribusi produk –saja– lewat aplikasinya. Kini, algoritma TikTok juga mudah sekali mengetahui produk terlaris terkini, di sebuah negara.
Dan dengan sebuah pemanfaatan riset atas data-data tadi, TikTok mudah jua mengcopy-paste dan memproduksi sendiri sebuah produk laris manis itu, untuk juga ditawarkan dengan harga yang terjagkau ke pasaran lokal.
Nah, fenomena ini bak menjadikan simalakama saja antara tantangan dan harapan, bukan?
- Pertama, pengembangan aplikasi media sosial mampu menyediakan market baru, dimana pelaku UMKM kita tinggal memajang produknya dalam bentuk iklan yang berbayar. Tapi tindakan ini menuntut biaya promosi atas produk yang diajajakanya tadi, agar lebih efektif.
- Kedua, dengan membanjirnya produk murah yang diproduksi sendiri oleh sang pengembang aplikasi global, bakal otomatis mempersempit ruang market pelaku UMKM dalam negeri untuk berkembang menjual produknya.
Dan fenomena ini, bisalah saja menjadikan sebuah catatan penting? Bagaimana pengembang aplikasi global kini semakin lihai dalam pemanfaatan data science, mendominasi data yang terkumpul di berbagai bidang, seperti digital bisnis, keuangan, lingkungan serta media sosial, menjadi sebuah peluang yang teramat mahal.
Sekarang jadi mulai terpikirkan, bukan? Bisakah pemanfaatan data pelaku UMKM itu juga menjadi aset dasar pencipta kecerdasan buatan oleh bangsa kita, dan –sekali lagi—mampu menjadikan solusi atas kedua masalah di atas? Terutama menjawab akses permodalan UMKM lokal untuk naik kelas?
Apa itu kecerdasan buatan?
Kecerdasan buatan, atau yang lebih dikenal Artificial Intelligence (AI) merupakan sebuah simulasi kecerdasan manusia yang dimodelkan dan diprogram di dalam sebuah mesin, agar menghasilkan kecerdasan berfikir bak manusia.
Jadi, kecerdasan buatan merupakan aktivitas-aktivitas penyediaan mesin, seperti komputer untuk mampu menampilkan perilaku yang dianggap sama cerdasnya mendekati kecerdasan manusia.
Nah harapannya, AI atau kecerdasan buatan bisa menjadi solusi atas pekerjaan umum yang dahulu menuntut tenaga manusia, dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Pemanfaatan data science yang sekilas kita singgung di atas, akan menjadikan aset penting jua dalam teknologi AI, yang menjadikan dirinya cerdas.
Nah proses AI sendiri akan terus memperkaya pengetahuannya lewat asupan data tadi, untuk menjadikan proses learning, reasoning dan self correction mesin AI berjalan dengan sempurna.
Dan hebatnya lagi, proses belajar kecerdasan buatan atau AI, tidak selalu menunggu suruhan manusia saja, melainkan berjalan otomatis, berdasarkan pengalaman kecerdasan buatan, kala sedang digunakan manusia.
Bagaimana kecerdasan buatan ampuh sediakan akses permodalan UMKM?
Nah, Permodalan yang menjadi sandungan pelaku UMKM, akan menarik sekali juga untuk diungkap ya? Dimana sampai saat ini, para pelaku UMKM masih lemah menggandeng pihak Perbankan mendapatkan permodalan itu dengan mudahnya.
Hadirnya syarat jaminan/agunan usaha dalam pencairan pembiayaan UMKM pelak menjadi sandungan nyata, untuk mengkonversi pelaku UMKM naik kelas, memulai bisnis digital yang lebih potensial.
Dan diharapkan dengan memiliki permodalan yang cukup, tentu akan menjadikan geliat pelaku UMKM lebih profesional lagi, untuk membagi budget usahanya, menyisihkan biaya operasionalnya. Termasuk menyisihkan pembiayaan iklan di aplikasi media sosial, agar jangkauan pelanggannya lebih lebar lagi.
Lantas, tidak itu saja. Dengan infrastruktur digital yang mudah dijangkau atas permodalan tadi, juga bisa membuat transaksi penjualan akan lebih sederhana, dan kinerja-kinerja usaha mudah pula dievaluasi.
Nah, jika menengok negara maju yang tengah dan berhasil memasifkan penyederhanaan akses permodalan lewat kecerdasan buatan menjadikan sebuah inspirasi baru, bukan?
Dimana pengembangan perangkat lunak yang telah menanamkan kecerdasan buata atau AL berhasil memulihkan layanan pengambilan keputusan kredit secara real-time.
Sebut saja teknologi Azure AI, yang menjadi machine learning yang ternyata mudah sekali memprediksi kemungkinan kredit macet para debitur, dan menjadikan alat efektif berinvestasi para kreditur kepada debiturnya.
Hal ini kontras sekali, dengan masifnya akses permodalan lewat pinjaman online (Pinjol) oleh masyarakat kita, sebagai jalan pintas permodalan yang malah menyisakan banyak persoalan baru bagi para debiturnya
Azure AI, dalam prakteknya mampu mengidentifikasi UMKM mana yang memenuhi persyaratan pembiayaan, sehingga akan mampu menyederhanakan proses pembiayaan lebih mudah dan cepat, dan terpenting –lagi– tanpa agunan apapun.
Dan akhirnya menemukan sang kreditur yang akan membiayai permodalan mereka.
Artinya, Analisa lewat teknologi skor kredit AI, akan mudah memberikan nilai kredit penting pelaku UMKM seperti nilai resiko, perhitungan bunga pinjaman, pengolah data, serta pertimbangan bisnis untuk mampu mengambil kredit itu
Nah, pemanfaatan data science atas 70-an % dari 64 juta pelaku UMKM yang belum mampu beralih ke bisnis secara online, dan memerlukan akses permodalan akan layak menjadikan peluang baru itu, menggeliatkan ekonomi digital kita?
Dimana para pengembang aplikasi lokal harus mampu menyandingkan kecerdasan buatan tadi dengan aplikasi yang mudah digenggam oleh para kreditur untuk menyalurkan kredit kepada UMKM. Dan sekaligus menawarkan skor kredit data pelaku UMKM yang terlahir oleh kecerdasan buatan tadi.
Dan terpenting lagi adalah hadirnya value semangat gotong royong yang menguatkan pondisi ekonomi bangsa. pastilah akan menjadi sebuah pekerjaan yang mudah dikerjakan bersama-sama oleh anak bangsa hanya lewat penggunaan aplikasi, membukakan akss permodalan itu.
Nah, berminatkah kita untuk ikut ambil bagian dalam aksi itu? Terutama menjadi pelaku pemanfaatan data science dalam bisnis untuk mencipta kecerdasan buatan, dengan mengasah skill ber-IT sekarang juga?
Mendulang peluang pemanfaatan data science dalam Bisnis
Euforia ekonomi digital semakin marak, termasuk semangat dalam melahirkan ragam kecerdasan buatan yang tertanam, dalam sebuah perangkat lunak/aplikasi.
Dimana keberhasilan itu, mudah memberikan harapan perusahaan besar –Startup–, mampu meraup keuntungan yang berlipat, dan memberikan banyak peluang bagi kesejahteraan pula bagi pekerjanya, bukan?
Artinya, solusi atas akses permodalan bagi UMKM yang terciptanya oleh kecerdasan buatan tadi tentu akan menuntut banyak talenta Information Technology (IT) di dalam negeri, untuk mampu berkontribusi mendukung startup keuangan lokal/global. Mengapa?
Selain niat mulia menggeliatkan ekonomi digital melalui pengembangan IT, alasan kesejahteraan berupa gaji yang didapat oleh talenta IT, juga pasti menjadikan hal terpenting, untuk ikut bagian dalam misi itu.
Nah, Michael Page, pernah menyajikan gambaran gaji talenta IT tersebut, berdasar jaringan mereka di Indonesia, termasuk dari iklan lowongan kerja sektor digital, dan teknologi di rentang 2022 dan proyeksi gaji 2023. Seperti yang tertera dalam grafis di bawah.
Dan ternyata, perusahaan digital dan teknologi yang paling aktif merekrut talenta IT di Indonesia adalah fintech dan bank digital, media digital, bisnis konglomerat lokal, startup yang berfokus pada UMKM, dan vertical e-commerce.
Lantas, keahlian IT, yang paling dominan dicari yakni bidang Keahlian IT yakni bidang GRC (governance, risk, compliance), digital delivery, infrastruktur cloud, kepemimpinan komersial, dan manajemen pertumbuhan. Dan rentang besaran gaji bukan main, mulai Rp 25 juta – Rp 150 juta perbulan.
Wah gambaran itu tentu akan menjadikan celah untuk mendulang potensi ekonomi digital kita, bukan? Dan akan menjadikan tren baru profesi mendatang, untuk berlomba mencipta kecerdasan buatan, lewat big data, di semua bidang kehdiupan masyarakat kita, terutama data dari aktivitas pelaku UMKM.
Telkom University, sebuah urgensi pemanfaatan data science masa depan!
Nah, menjelajahi metamorfosis Telkom University semenjak 17 Juli 2014 yang berhasil mendapatkan akreditasi unggul, dan berhasil jua melampaui Standar Nasional Pendidikan Tinggi di Indonesia, menjadikan sebuah tanya dalam benak kita, bukan?
Meski, dalam kenyataannya, pencapaian Telkom University sebenarnya merupakan metamorfosis panjang Telkom University yang dimulai sejak 1990, yang dahulu dikenal dengan nama Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT) Telkom.
Dengan dukungan fasilitas kampus yang menyebar di 50 Program studinya, dan didukung oleh 979 SDM Dosen berpengalaman, wajar saja menjadikan Telkom University harapan bagi bangsa, melahirkan talenta IT yang ciptakan kecerdasan buatan di masa depan.
Nah, di antara 7 Fakultas yang tersedia di Telkom University, yang kita bisa akses di https://telkomuniversity.ac.id/terdapat Fakultas Informatika yang menjaja program studi unggulannya.
Dan Program studi itu sangat berkaitan dengan misi penciptaan talenta IT, guna menciptakan lahirnya ragam kecerdasan buatan anak bangsa, lewat pengembangan aplikasi masa depan, dan pemanfaatan data science dalam bisnis. Apa saja itu?
1. Program Studi S1 Informatika
Program Studi sarjana Informatika merupakan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang informatika yang berfokus pada pengembangan teknologi informasi berbasis ilmu pengetahuan, dan seni, serta sudah terakreditasi unggul oleh BAN PT.
Dan talenta IT dari program studi ini, akan disiapkan untuk mengisi slot pada profesi:
- Business Intelligence analyst
- Game Dveloper
- Sofware Developer
- Database Spesialist
- Data Analyst
- UI/UX engineer
- Network Engineer
- Information security engineer
- IT Consultant
2. Program studi Rekayasa perangkat lunak
Nah program studi ini merupakan juga program studi berbasis riset dan Technopreneur dan berperan nyata dalam pengembangan ilmu rekayasa perangkat lunak skala besar, dan kompleks.
Harapannya dengan proses rekayasa perangkat lunak secara otomatis akan menjadikan kebermanfaatan bagi pembangunan bangsa, dibidang ekonomi digital. Nah program studi ini, akan fokus mencetak talenta IT untuk mengisi slot profesi:
- ·Requirement engineer
- Business analyst
- System analyst
- Software architect
- Software engineer
- Software developer
- Programmer
- Software quality assurance
- Software tester
- Software maintenance engineer
3. Program Studi Sains Data
Memilih Program Studi Sarjana Sains Data, Mahasiswa akan dipersiapkan dengan baik menghadapi tantangan memanfaatkan informasi yang terkandung dalam sejumlah besar data, yang terkumpul di berbagai bidang/domain seperti digital business, keuangan, lingkungan, dan media sosial.
Program Studi Sarjana Sains Data akan berdasarkan latar belakang interdisipliner sehingga mampu berkompeten di bidang sains data. Mengingat di era industri 4.0 sangat berkaitan sekali dengan era big data.
Hal ini termasuk volume data, variasi (berbagai jenis data termasuk angka, teks dan video) dan kecepatan (pengumpulan dinamis dan kebutuhan untuk memproses data).
Nah, menggali pengetahuan atas data-data penting tersebut pastilah membutuhkan keterampilan interdisipliner juga, penguasaan tools atau modifikasi untuk masalah tertentu. Serta membutuhkan pemahaman metodologis yang mendalam tentang ilmu Sains Data.
Lantas, program Studi ini juga, akan memberikan pengetahuan dan pemahaman kombinasi dasar teoritis dan pengalaman praktis, mulai dari definisi masalah, ekstraksi data, preprocessing, analisis, hingga mengkomunikasikan hasil analisis dan insight data.
Dan harapan lulusan yang mengambil program studi ini, akan melahirkan SDM digital yang akan mengisi slot karir sebagai:
- Data Scientist
- Data analyst
- Data Science Architect
- Data Science (Application) Programmer/Engineer
- Bussiness Analyst
- Data Steward
- Digital Data Curator
- Data Librarian
- Data Archivist
- Large Scale (Cloud) Database Designer
Yuk bersama Telkom University, mampukan kita geliatkan ekonomi digital di rumah sendiri
Nah, merasakan ekosistem ekonomi digital yang sedang disambut hangat oleh pelaku UMKM, dan selaras dengan melebarnya inklusi keuangan masyarakat, sudah menjadikan sebuah peluang nyata menumbuhkan ekonomi digital.
Dan semuanya akan menuntut pengembangan aplikasi, berdasakan pemanfaatan data science dalam bisnis yang bermanfaat bagi mereka.
Oleh sebab itu, kolaborasi talenta IT lulusan Telkom University dalam menyiapkani slot profesi di bidang IT, pasti akan menjadikan harapan menciptakan kreativitas kecerdasan buatan anak bangsa, yang mampu menopang pondasi ekonomi bangsa.
Dan, terpenting lagi, celah pemanfaatan data science itu, pastilah akan menopang pengembangan aplikasi, dan memunculkan banyak startup lokal baru, memberikan kemudahan, keuntungan dan keamanan bagi para penggunanya kala menggunakannya.
Dan itu semuanya akan menjadi misi terpenting untuk menjadikan ekonomi digital lebih memanja UMKM agark naik kelas.
Nah, Ayo #RaihMasaDepanmu bersama Telkom University! lewat pemanfaatan data science dalam bisnis, sekarang juga!
Alamat Telkom University
Gedung Bangkit Telkom University
Jl. Telekomunikasi No. 1,
Terusan Buah Batu
Bandung 40257,
Jawa Barat, Indonesia
Artikel informatif…