wadahkata.ID- Generasi Z, populasi 28% dari total penduduk Indonesia kini memiliki tantangan unik saat berkendara sepeda motor, yang terkadang mengenyampingkan pentingnya #Cari_Aman, dan akhirnya berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Notifikasi, pesan, dan permainan elektronik seringkali mengalihkan perhatian Gen Z saat mengendarai sepeda motor. Gangguan konsentrasi seperti itu memiliki potensi besar untuk menyebabkan kecelakaan tadi, bukan?

Nah, Instruktur Safety Riding, Fajrin Nur Huda, selalu menekankan kampanye #Cari_Aman untuk meningkatkan kesadaran keselamatan dalam acara “Di Jalan Fokus, Kuliah Mulus” yang diadakan Sabtu, (27/9) lalu.

“#Cari_Aman adalah salah kampanye inisiatif Honda yang bertujuan meningkatkan kesadaran generasi Z akan pentingnya keselamatan berkendara dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan minat generasi Z, serta memiliki arti tentang proses menemukan keselamatan itu sendiri,” ujar Fajrin.

Berikut ini tantangan utama Gen Z saat berkendara menurut Instruktur Safety Riding  Astra Motor Kalimantan Timur 2 itu!

1. Mudahnya Pengalihan Perhatian oleh Teknologi

Selain smartphone, penggunaan headset, jam tangan pintar (smartwatch), dan perangkat sandang (wearable) lainnya juga berpotensi mengacaukan konsentrasi pengemudi selama berkendara.

Menjaga konsentrasi adalah kunci utama. Dengan fokus penuh, kita dapat menghindari kecelakaan dan memastikan perjalanan berjalan aman.

2. Kecenderungan Meremehkan Risiko

Fajrin mengatakan jika, rasa percaya diri yang berlebihan pada Gen Z seringkali membuat mereka merasa aman dari kecelakaan. Akibatnya, mereka menjadi kurang waspada dan lebih berani mengambil tindakan berisiko.

Faktor lain adalah sedikitnya pengalaman mengemudi, terutama di kalangan pengendara muda, yang membuat mereka kurang menyadari risiko dan bahaya di lalu lintas.

Peristiwa kecelakaan di jalan raya tidak hanya menyebabkan kerugian fisik dan material, tetapi dampaknya juga terasa sangat signifikan dalam jangka waktu yang lama

3. Hadirnya Beban Sosial Media

Tekanan dari media sosial berpotensi mendorong pengendara untuk membuat dan mengunggah konten yang sensasional, seperti merekam diri mereka saat melakukan aksi berbahaya atau berkendara dengan kecepatan ekstrem.

Anggap saja kebiasaan meniru perilaku yang dianggap “keren” atau trendi, terutama yang menunjukkan penentangan terhadap bahaya, dapat memicu tindakan yang berisiko dan tidak aman.

Nah, menurutnya, penting untuk selalu menguji keabsahan informasi yang didapatkan dari media sosial sebelum meyakininya.

Dan tidak ada salahnya melakukan verifikasi dengan menggunakan penalaran yang sehat dan merujuk pada sumber-sumber tepercaya.

4. Ketidaktahuan akan Akibat

Gen Z umumnya lebih berfokus pada kesenangan yang didapat segera, alih-alih merenungkan dampak jangka panjang yang mungkin timbul dari perilaku mereka.

Mereka juga cenderung belum menyadari betul betapa seriusnya konsekuensi dari kecelakaan di jalan raya, yang tidak hanya memengaruhi mereka, tetapi juga orang-orang di sekitar.

Mulai sekarang, menurutnya Gen Z harus menjadikan keselamatan sebagai hal yang paling penting agar perjalanan di masa mendatang selalu terlindungi.

Oleh sebab itu, Fajrin Nur Huda meyakini edukasi lalu lintas yang kurang menarik dan tidak mengikuti perkembangan digital juga dianggap kurang relevan bagi Gen Z. Sehingga penting bagi Gen Z saat ini untuk memperluas minat belajar guna menambah wawasan keselamatan berkendara.