Candu ganja, bisa saja menjadi belum apapa, jika disandingkan dengan candu sambal yang membuat liur menggantung di langit-langit mulut kita.
Makanan sih boleh apa saja, tapi bagi lidah Indonesian, gak syah ah jika tidak mencocol dan menggulingkan lauk-pauk ke kubangan sambal itu. Iya Sambal Colo-colo
Mengolah sambal ya begitu-begitu saja sih dari dulu, ada cabai, garam sedikit gula dan terasi, diulek halus dan segera siap dalam waktu sekejap.
Lantas bisa menemani sepiring nasi plus lauk sandal-sekalipun, makanan bisa saja terasa dahsyat ya! Eit, tapi ini candu sambal, apa malah kesurupan?
Selanjutnya tidak dipungkiri-lah jika sambal adalah resep klasik yang selalu saja hadir menjamu kita di momen apa saja, entah sarapan, makan siang, makan malam.
Sambal mah bisa saja menjadi alternatifnya. Pedas, bisa menjadi racun alami yang meracuni akal sehat dan berkata ‘nikmat’ dengan menu apa saja yang kita sukak.
Di Indonesia sendiri aneka resep sambal sudah tidak asing lagi kan? Setiap jengkal wilayah Indonesia selalu punya resep sambal untuk dinikmati. Padahal ya tetap saja bahan cabai adalah elemen utama pembuatannya.
Uniknya sambal memang selalu bisa disetel tingkat kepedasannya, ada yang biasa, pedas bahkan luar biasa pedasanya.
Baca juga : Aku bisa tahu dimana kamu berada. Begini caranya!
Nah menurut saya, Wilayah timur Indonesia menyimpan banyak resep sambal dengan tingkat kepedasan level tinggi, dibandingkan dengan sambal yang sering dihidangkan pada Resep sambal di Wilayah Indoenesia Barat dan Tengah. Benar gak ya saya? Ya salah satunya ya sambal colo-colo
Sejarah resep sambal!
Saya pernah membaca kajian arkeolog Titi Surti Nastiti, jika level kepedasan cabai itu katanya, tergantung dari level kesuburan tanah yang menjadi alas tumbuhan cabai di atasnya.
Karena Indonesia ini bertanah subur, itulah alasan logisnya mengapa cabai itu bisa tersebar merata di Indonesia.
Sejak abad ke-8, cabai sudah menjadi komoditas andalan terutama komoditas di masa Kerajaan Mataram Hindu dahulu. Sangking berharganya komoditas ini.
Pada masa Dagang Hindia Belanda (VOC) bahkan sudah memonopoli perdagangan dengan kerjaan yanga da di Nusantara sepanjang masa 1602 sampai 1800.
Pada masa itu, katanya, sesorang pelayan atau buruh yang bisa membuat sambal yang enak akan menjadi kan standart pertimbangan tinggi dan rendahnya bayaran yang mereka terima.
Sehingga masuk akal saja, jika karakter sambal selalu berbeda di setiap daerah untuk berkompetisi menonjolkan resep yang terdahsyat dari bahan yang sama yakni cabai tadi kan?
Dan tentu saja bisa memberikan karakter tingkat kepedasan dari sambal tadi yang berbeda jua!
Sambal Colo-colo yang menemani lapar kita
Sombong bisa menjadi sifat manusia sejak lahir! Namun sombong karena hanya bisa membuat sambal yang hanya menghisap skill remeh-temeh mengulek cabai, garam dan gula bisa saja menjadi dosa yang memalukan-hiks-
Tidak ada salahnya sih untuk mencoba resep sambal Nusantara yanga asik-asik dan memberikan sensasi, serta membuktikan jika sambal menjadi candu Nusantara untuk menjadi kenyang.
Ada salah satu sambal yang saya suka yang berasal dari Maluku, yang pas buat menu apa saja, terutama menu ikan bakar ituh.
Namanya sambal colo-colo, dan membuatnya gampang! Sambil tutup mata pun oke kok. Bahan-bahannya menggunakan 18 gram cabai rawit merah dan hijau, 40 gram bawang merah kupas, terus 140 ml kecap manis, 15 gram air jeruk nipis dan 50 gram tomat.
Nah buatnya, pertama si bawang merah diiris dan potong melintang memanjang, lalu potong jua cabainya, jangan lupa potong tomatnya menjadi 4 bagian dan buanglah bijinya potong berbentuk kotak.
Selanjutnya, lekas ambil wadah, campurkan potongan mereka tadi, dan larutkan kecap plus air jeruk nipis diatasnya. Selesai!
Sudah? Iya begitu saja, ga perlu diulek? Iya begitu saja mudahkan? Paling juga ga sampai 2 menitan buatnya. Nah resep sambal ini paling cocok ditoping ke nasi hangat plus kerupuk, efektif mengobati penyakit kanker alias kantong kering di kala tanggal tuwak.
Dan yang anak kos bisa saja copy-paste jangan sungkan, karena aseli tidak perlu beli cobek untuk mengulek.
Jadi repot jugakan jika cobek plus ulekannya ditaruh dikamar kos? Palagi kalau di kamar kos cewek nyimpen ulekan di lemari, aih bisa prasangkah! Hikss
Baca juga : Lewat Hobby, harga Sembako suka-suka guwe
Nah dari resep ini, mungkin bisa menjadi tantangan, ingin level kepedasan yang dahsat. Coba saja menjepit potongan cabai merah dengan gigi-gigimu itu, dan hisap perlahan dengan lidahmu.
Wah pasti hot! Jika tidak tahan lekas ambil bawang dan tomatnya, masukan ke mulutmu, untuk memadamkannya.
Jika merasa takut, singkirkan potongan cabainya, atau bisa saja coba potongan cabai hijaunya biar tidak terlalu menangis.
Jika masih mau coba-coba, ya ambil saja kecapnya tadi yang telah tercampur biji dan juga bawang tadi, cukuplah!
Nah besok pagi, bisa kita lekas praktikan nih, sepiring nasi plus telur ceplok dan ditopping sambal colo-colo ini, pasti mak nyuss deh! Siang dan malamnya gitu aja terus, sampai awal bulan, hiks! ( Aal Arbi Soekiman)