Hal tersebut menjadi wajar, karena terhalang kepasifan penderita kusta untuk berani melapor dan segera mengobatinya di Puskemas terdekat.
Dan tidak dipungkiri, hal itulah yang menjadi kendala untuk memutus penularan Kusta. Hal ini, ya bisa jadi persis sama dengan pola tracking Covid-19 yang kian sulit juga dilakukan jua ya? Karena keengganan dan ketakutan kita, menerima kenyataan terkonfirmasi covid-19.
Memang sih belum ada vaksin untuk mencegah kusta hingga kini. Dan usaha yang selalu massif diusahakan yakni dengan berpegang pada cara diagnosis dini dan pengobatan, yang menjadi misi pencegahan terbaik dalam mencegah penularan yang kian meluas.
Terlebih masih hadirnya perilaku masyarakat daerah yang masih akrab memilhara hewan pembawa bakteri kusta, seperti Simpanse.
Dan akhirnya, bisakah informasi menyeluruh tentang kusta membangun optimime akan kesembuhan penderitanya, dan menjadi obat mujarab memutus ancaman penyebaran kusta ya?
Dan jua sekaligus membentuk mental penerimaan masyarakat luas, terhadap perlakuan penyintas kusta, untuk bisa kembali hidup berdampingan lagi dengan kita, tanpa hadirnya diskriminasi apapun lagi. Bisa?
Kusta penyakit menular yang sulit menular?
Potret kehidupan Abdul Gofur dan Juni di atas sudah menjadikan bukti nyata, jika kusta merupakan penyakit menular yang sulit menular? Dimana pasangan ini bisa kok berperilaku normal seperti pasangan suami istri biasa. Namun toh abdul Gofur tidak menularkannya kepada keluarga istri dan anaknya kan?
Memang secara teori penularan Kusta efektif tejadi jika sesorang terkena percikan droplet penderita Kusta secara terus menurus, dan dalam jangka waktu lama.
Dua faktor penularan itu, menunjukkan jika bakteri penyebab Kusta tidak mudah menularkan penyakitnya kepada orang lain dengn mudahnya kan? Dan bakteri ini butuh waktu lama untuk berkembang biak dalam tubuh penderita.
Sehingga dalam kontak normal dengan penderita kusta semacam bersalaman, duduk-duduk bersama atau berhubungan seksual sekalipun dengan penderita kusta, berpotensi sangat kecil tertular kusta.
Artinya terdapat tiga hal yang menjadikan potensi penularan kusta dapat meluas di sekitar kita, apa saja itu?
- Bersentuhan dengan hewan bakteri kusta
- Menetap pada kawasan endimis kusta
- Daya tahan tubuh yang melemah
Mendiagnosa gejala kusta dari sekarang yuk!
Gejala kusta awalnya tidaklah nampak jelas. Ada banyak kasus yang menjelaskan jika perkembangan bakteri terjadi selama 20-30 tahun. Dan selama itu baru mulai menandakan kusta semacam panu di kulit kita. Terasa Gatal? Jika tidak, bisa dicurigai tuh!
Referensi diganosa lebih lanjut bercak putih di kulit kita yakni apakah kulit kita mati rasa merasakan suhu dan sentuhan serta tekanan dan rasa sakit?
Kulit terasa menebal berwarna lebih pucat dan terang. Muncul luka namun tidak sakit. Pembesaran saraf akan terjadi di siku dan lutut. Terdapat pelemahan otot kaki dan tangan. Alis dan bulu mata terlihat mulai rontok. Kondisi mata kering dan jarang mengedip. Sering kali mimisan, hidung tersumbat atau kehilangan tulang hidung.
Lanjut baca? Klik nomor halaman!